Budaya China, Magnet Wisata Kota Banda Aceh

Banda Aceh, NAD - Kepulan asap dari hio-hio ukuran raksasa masih belum habis, walau perayaan Imlek di vihara dharma bhakti sudah usai. Selasa sore (31/1/2012) Jalan Panglima Polim, depan vihara yang merupakan jalan protokol di Banda Aceh, sesak, oleh warga etnis Tionghoa plus warga pribumi, bahkan polisi harus mengalihkan pengguna jalan menuju jalan alternatif.

Sore itu, komunitas Tionghoa di kawasan Peunayong Banda Aceh ini, memang sedang mengadakan hajatan. “ Kali ini masih dalam rangka memeriahkan tahun baru Imlek, selain itu kami juga meresmikan klub barongsai macan putih dan klub wushu naga hijau,” ujar Yuswar, Pemimpin Vihara Dharma Bhakti.

Sebelumnya, sebut Yuswar, kedua klub tersebut tidak ada di Banda Aceh. “Tapi kami melihat dua atraksi budaya ini sangat disukai oleh masyarakat, jadi kami membuka klub ini, dan ini terbuka bagi siapa saja yang mau ikut menjadi bagian dari klub tersebut,” ujar Yuswar.

Senada dengan itu, Wali Kota Banda Aceh, Mawardy Nurdin mengatakan, budaya China menjadi magnet yang kuat dalam menarik wisatawan ke Banda Aceh. “Masih ingat festival Peunayong yang dilaksanakan dalam rangka Visit Banda Aceh Year, festival ini menyedot banyak pengunjung,” jelas Mawardi Nurdin.

Saat ini, sebut Mawardi, Pemerintah Kota Banda Aceh, terus membenahi kawasan Peunayong, yang merupakan Pecinannya Kota Banda Aceh. “Aceh dan China memilki hubungan historis yang sangat kuat, untuk itu kawasan Peunayong harus dijadikan kawasan warisan sejarah, dan perkawinan dua budaya di kawasan ini menjadi magnet yang kuat untuk kota Banda Aceh, khususnya bagi wisatawan,” jelas Mawardy.

Peunayong, bagi warga Banda Aceh bukanlah hal asing di telinga. Mendengar itu, orang langsung membayangkan sebuah kawasan yang didiami oleh etnis China, dan sarat dengan transaksi dagang. Peunayong menjadi satu kawasan tujuan utama warga Kota Banda Aceh, baik itu untuk berbelanja, jajan, bahkan hanya sekadar jalan-jalan saja.

-

Arsip Blog

Recent Posts