Musisi asal Taiwan Lou Chao Yuan dengan alat musik gitar tradisionalnya ‘Pipa Women’ menghangatkan festival musik etnik, dalam Solo Internasional Contemprary Ethnic Music (SIEM), di Stadion Sriwedari Solo, Jawa Tengah, Kamis (8/7) malam.
Lou Chao Yuan yang memainkan alat musik tradisional gitar China secara tunggal melakukan inprovisasi dan eksperimen. Ini membuat sekitar 10 ribu penonton yang memadati Stadion Sriwesari Solo antusias mengikuti alunan musik tersebut.
Petikan gitar jari Lou yang kadang-kadang diselingi dengan hentakan suaranya menjadi serasi dan merdu serta enak didengar.
Bahkan, penonton yang disuguhi suara alunan musik tradisional China itu, memberikan tepuk tangan karena kagum dengan penampilan Lou yang sudah tampil dibeberapa negara antara lain Malaysia, Singapora, Portugal, Pakistan, Nepal dan Indonesia.
Lou juga membuat penonton menjadi bersemangat dan terharu saat penampilan lagu terakhir yang berjudul Indonesia Raya.
Dengan jari lentiknya yang kelihatan lincah, Lou memetik gitar tradisionalnya mengiringi lagu kebangsaan Indonesia. Hal ini membuat ribuan penonton terhanyut dan dengan semangat bernyanyi bersamanya.
Dengan berakhirnya lagu kebangsaan tersebut, ribuan penonton yang memadati lapangan sepak bola yang dirubah menjadi panggung terlihat glamour, memberikan tepuk tangan yang tidak henti-hentinya.
Selain penampilan musisi asal Taiwan, Festival SIEM juga menyuguhkan paduan musik etnik olahan gitaris kenamaan Dewa Budjana bersama grupnya yang beraliran jazz.
Dewa Budjana yang memegang gitar, bersama Jalu (perkusi), Saat (Suling), Sado (bass), dan Sandi Winarto (drum) membawakan lima lagunya, yakni Kromatik Lagi, Malacabay, Gangga, dan Tample Island yang membuat pengunjung tidak mau beranjak dari tempat duduknya.
Alunan musik garapan gitaris andalan grup Band Gigi tersebut kelihatan tertata rapi. Bunyi alat musik gitar dan bass yang menonjol kadang-kadang diselingi suara alat musik tradisional gendang.
Menurut Dewa Budjana, dirinya sudah beberapa kali ingin tampil pada festival SIEM di Solo dan baru kali ini dapat kesempatan bersama musisi profesional tingkat internasional.
"Festival SIEM idenya menarik dan inspiratif. Setahui saya baru kali ini ada festival musik etnik yang gratis dan ditonton oleh ribuan orang," kata Budjana.
Festival musik etnik tingkat internasional tersebut sebelumnya juga disuguhi penampilan Band Sonofa asal Singapura yang terdiri dari lima musisi dan Iwan Hasan bersama grup band Discus yang membawakan antara musik jazz dan kontemporer.
Ada juga grup musik acapella asal Padang yang membawakan lagu-lagu daerah minang dengan mengandalkan keserasian suara yang padu antara nyanyian dan suara seperti bunyi alat musik pengiringanya.
Ketua Umum SIEM Bambang Sutejo mengatakan, SIEM ketiga tersebut hadir di tengah masyarakat nasional maupun internasional yang mengutamakan kualitas musikal dan fokus pada pematangan konsep.
Menurut Bambang Sutejo, festival ini dihadiri sekitar 10 ribu pengunjung dan mereka dengan antusias menikmati apa yang disuguhkan. SIEM akan terus berkembang sebagai penetrasi bagi remaja dengan perpaduan musik etnik dan kontenporer. (Ant/X-12)
Sumber: http://www.mediaindonesia.com