Suku Baduy dikawasan pegunungan Kendeng, Lebak, Banten, peduli akan keberadaan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidup dimasa-masa mendatang. Sikap dalam memperhatikan keberadaan pangan mengalahkan kelompok masyarakat yang mengatakan dirinya modern. Padahal Orang Baduy selama ini dianggap kelompok suku yang dianggap terbelakang. Dimana masyarakat Baduy terbagi dua kelompok, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Banten, Drs. H. Hudaya Latuconsina, rabu (30/6) di Serang, Orang Baduy tidak berprilaku konsumtif. Katanya, orang Baduy membeli kebutuhan hidup hanya sekedar seperlunya, maka tidak dituntut biaya hidup tinggi. Misalkan bila kebutuhan pangan hanya sejenis ikan laut yaitu seperti ikan asin, dan juga garam yang harus beli karena tidak ada diwalayahnya.
Selain itu suku Baduy memang yang Baduy Dalam ada larangan adat untuk beli barang elektronik. Namun kalau Baduy Luar sudah ada yang memakai barang elektronik. Untuk kebutuhan pokok seperti pangan suku Baduy suka penyimpan padi di lumbung. Maka bila di Baduy setiap orang yang sudah berumah tangga punya lumbung padi.
Masih kata Hudaya, bukan hanya suka menyimpan padi tapi juga mengawetkan padi atau beras hingga bisa awet puluhan tahun. Pengawetan pangan seperti itu suku Baduy sangat memikirkan kesedian pangan untuk masa mendatang. Hal itu juga mengantisipasi bila sampai terjadi gagal panen. Maka masyarakat Baduy nyaris tidak pernah terjadi dilanda paceklik.
Sambungnya, suku Baduy dalam memenuhi kebutuhan hidup menjual hasil kerajinannya. Maka suku Baduy bila keluar selalu berdagang hasil kerajinannya seperti, kain tenun, tas dari akar pohon, gelang, kalung juga gula merah dari pohon enau.
"Orang Baduy itu sangat memikirkan keberadaan pangan, mereka hampir tak pernah jual padi," katanya.
Dilain tempat Kepala Jabatan Sementara (Kjs) Dinas Pertanian Kota Serang, Ika Musduki, mengatakan, tradisi orang Baduy yang sangat hati-hati dengan pangan sulit ditiru. Sedang petani diluar Baduy kadang semua kebutuhan hidup hanya mengharapkan hasil taninya. Tak beda juga diutarakan Kepala Dinas Pertanian Serang, Dadang Hermawan, bahkan kini banyak petani hanya jadi petani penggarap petani yang tak punya lahan. Bahkan ada yang hanya sebagai buruh tani. Hal itu karena memang banyak lahan pertanian seperti ladang darat dan persawahan di Serang sudah didirikan pabrik serta pemukiman.
"Untuk mengatasi kesulitan pangan yang utamanya beras maka kami mensosialisasi penting pangan selain nasi, seperti dari umbi-umbian atau kacang-kacangan. Tentang ketahanan pangan juga kami mengusahakan buat lumbung padi di kelompok-kelompok tani. jadi ya biar seperti orang Baduy tak pernah kekurangan beras," ujar Dadang Hermawan. ( Ibnu Ps Megananda)
Sumber: http://www.kabarindonesia.com