100 Titik Harta Karun di Jambi

Jambi - Rencana Pemprov Jambi melakukan pengerukan aliran Sungai Batanghari harus dievaluasi ulang. Soalnya, jika investor dibiarkan mengeruk sedimentasi (pendangkalan) sungai tanpa pengawasan, bisa-bisa harta karun berupa peninggalan sejarah yang terpendam dalam aliran Sungai (DAS) Batanghari akan raib begitu saja.

Banyaknya harta peninggalan sejarah yang terbenam dalam DAS Batanghari, ternyata bukan isapan jempol. Sekitar 100 titik DAS Batanghari, menimbun harta-harta peninggalan budaya Melayu Jambi dan budaya Cina, yang nilainya tak bisa diukur dengan uang.

Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi telah memiliki peta lokasi harta-harta karun kebudayaan di dalam DAS Batanghari. Mulai dari Kabupaten Bungo hingga Kota Jambi. Titik terbanyak berada di Kabupaten Muarojambi dan Kota Jambi.

“Aset-aset peninggalan sejarah masih banyak yang belum terungkap. Misalnya, peninggalan Kerajaan Melayu terbesar,” kata Toni Mambo, Kepala BP3 Jambi, kepada Jambi Independent, kemarin (14/9).

Menurut dia, peninggalan budaya Melayu berupa benda-benda keramik, kini bisa dianggap sebagai warisan dunia. Jadi, sebaik mungkin harus dilestarikan.

Sungai Batanghari yang memiliki panjang 1.740 kilometer, katanya, memiliki peninggalan sejarah Melayu paling besar. Beberapa situs, seperti situs Orang Kayo Hitam yang memiliki struktur candi di daerah DAS Muarojambi, sudah ditemukan. Ditemukan pula situs Sematang Pundung yang juga merupakan Candi Melayu Kuno di Suak Kandis.

Selain itu, masyarakat yang berdomisili di dekat DAS Batanghari sering menemukan benda-benda peninggalan budaya yang cukup berharga. Seperti uang kuno, pecahan-pecahan keramik peninggalan Dinasti Sung dan Dinasti Ming dari Cina. Lalu, ditemukan pula struktur batu bata memanjang di seberang Sungai Batanghari. Posisinya persis di depan situs Orang Kayo Hitam.

Pada bagian hilir Sungai Batanghari, tepatnya Dusun Mudo Muaro Jambi, ditemukan candi dan Arca Amuga Pasha. Selanjutnya, juga ditemukan Candi Pematang di Sungai Duren, Kabupaten Batanghari. “Ada lebih 100 titik temu peninggalan sejarah Melayu yang terdapat di sepanjang Sungai Batanghari,” ujarnya.

Meski begitu, Toni sadar bahwa pengerukan Sungai Batanghari guna kelancaran arus transportasi air, memang perlu dilakukan Pemprov Jambi. Apalagi, selama ini jalur darat sangat mengganggu aktivitas transportasi akibat jalannya sering rusak.

“Mengingat arti pentingnya Sungai Batanghari bagi pelestarian budaya, sejatinya rencana pengerukan Sungai Batanghari tidak dilakukan sembrono dan menghilangkan peninggalan sejarah,” katanya.

Dia menyarankan, dalam menyusun rencana pengerukan Sungai Batanghari, Pemprov Jambi bisa melibatkan semua pihak terkait pelestarian budaya lokal. Misalnya, dari kalangan budayawan maupun pihak BP3.

Dia mengaku siap diajak diskusi kapanpun oleh pihak Pemprov Jambi. “Tujuannya supaya aset dunia tetap dilestarikan dan pengerukan tetap bisa dijalankan,” tandasnya.

Ahmad Fauzi, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jambi, dikonfirmasi kemarin, mengaku baru tahu soal 100 titik peninggalan sejarah di sepanjang DAS Batanghari.

“DAS itu kan terdiri dari sungai dan daratan di dekatnya. Pengerukan hanya di dalam sungai,” ujar Fauzy, dihubungi via ponselnya. Meski begitu, Pemprov Jambi, katanya, tetap menghargai masukan-masukan dari berbagai pihak. Terutama jika itu menyangkut pelestarian aset budaya Jambi. “Nanti kita diskusikan lagi,” tandasnya.(*)

-

Arsip Blog

Recent Posts