IPMDKB Sukses Gelar Festival Seni Budaya Dayak Se-Kalimantan

Sendawar, Kalimantan Timur - Ikatan Pelajar Mahasiswa Dayak Kutai Barat (IPMDKB) yang menempuh pendidikan di Jogjakarta, sukses menggelar Festival Seni dan Budaya Dayak VII se-Kalimantan 2009. Kegiatan yang dihelat pada 27-29 November itu digelar di gedung Pusat Kebudayaan Universitas Gajah Mada (UGM) Koesnadi Hardja Soemantri Jogjakarta.

Acara bertema “Budayamu Pilar Bangsamu” yang mengambil tajuk “DAHAU” (DANGAI dan EHAU) tersebut dibuka Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kubar Ayonius. Adapun jenis lomba olahraga tradisional, yakni pangkak gasing, menyumpit dan menampi beras. Tak hanya itu, ada pula pameran kerajinan tangan, diskusi, workshop serta live music acoustic.

Setelah dibuka, kegiatan yang dilakukan di hari pertama adalah pembukaan pameran kerajinan tangan dan tekstil. Setelah itu dilanjutkan dengan acara pembukaan Pesta Seni dan Budaya Dayak se-Kalimantan VII “Dahau” dan menampilkan tarian penyambutan dari IPMDKB serta upacara adat yaitu pemasangan gelang sebagai bagian dari ritual upacara tersebut. Malam harinya, pembukaan malam kesenian, di mana para undangan –termasuk Ketua Presidium Dewan Adat Kubar Yustinus Dullah-- dan forum se-Kalimantan maupun dari luar Kalimantan menampilkan tarian daerahnya masing-masing.

Kemudian hari kedua, diadakan diskusi terbuka dengan tema “Bagaimana Orang Muda Dayak Berkreativitas,” yang dipimpin oleh pembina LSD (Lembaga Studi Dayak) Jogjakarta. Acara selanjutnya, peserta bebas menampilkan apa saja seperti berbalas pantun, nyanyian lagu daerah dan tari-tarian. Pada malamnya, adalah pementasan malam festival seni budaya. Acara ini yang paling dinanti oleh banyak pengunjung setiap peserta se-Kalimantan memperlihatkan kebolehannya dalam menari.

Hari terakhir diadakan live music acoustic di panggung kecil di tengah-tengah stan pameran dan dilanjutkan dengan diskusi Budaya dan Workshop yang dipandu oleh Elias Ngiuk SSn (Pengamat Budaya dari Kalimantan Barat) dan Yefta Frigid Pane SSn, serta alumni ISI.

Ketua Dewan Juri Festival Gandung Djatmiko yang juga dosen jurusan tari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Jogjakarta mengatakan, ada beberapa kriteria yang dinilai dalam festival tari yakni pertama berdasarkan garapan gerakannya (koreografi) yang tentunya tetap berpijak pada tradisi Dayak.

Kemudian kreativitas tari kreasi itu sendiri agar dikemas tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisinya serta adanya harmonisasi antara musik dan gerak. “Terakhir, tata rias dan busana penari, dan yang terakhir penyajian atau kemasan yang menarik,”kata Gandung Djatmiko.

Acara ini ditutup dengan rangkaian tarian massal dan diikuti oleh seluruh pengunjung serta seluruh panitia. Mengapa kegiatan ini diawali dan diakhiri oleh tari-tarian, karena sebagai wujud dari Ehau (bergembira) berasal dari bahasa Dayak Tunjung. (hms4/hms12)

-

Arsip Blog

Recent Posts