Karimun, Kepri - Lebih dari seribu lampu colok berbahan kaleng bekas dengan bahan bakar minyak tanah menerangi sejumlah pemukiman penduduk di Pulau Karimun Besar, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, Minggu malam.
Cahaya kemerahan dari api lampu colok menimbulkan suasana semarak beberapa jalan dan pemukiman penduduk di tiga kecamatan, Tanjung Balai Karimun, Meral dan Tebing di Pulau Karimun Besar.
Setiap pemukiman penduduk terdapat ratusan lampu colok berjejer bergelantungan pada seutas kawat ditopang tiang kayu di kiri kanan jalan. Keindahan festival semakin terasa dengan bermunculannya gapura lampu colok yang didirikan warga sejak H-10 Lebaran. Gapura-gapura tersebut dibuat dengan menggunakan kawat dan kayu-kayu penyangga membentuk miniatur mesjid atau kubah mesjid.
Warga banyak yang berkeliling kota dengan kendaraan roda dua maupun empat guna menikmati indahnya festival lampu colok yang digelar setiap bulan Puasa. Kawasan pemukiman Parit Benut, Kelurahan Sei Raya, Desa Pangke dan Pasir Panjang Meral merupakan kawasan paling semarak dengan lampu colok yang berjejer sepanjang dua kilometer.
Kondisi sama juga terlihat di kawasan Batu Lipai, Bukit Senang, Teluk Air di Tanjung Balai Karimun dan kawasan Sei Ayam, Kampung Harapan, perumahan Griya Praja Karimun, Desa Pangke dan Pongkar Tebing.
“Pemasangan lampu colok sudah menjadi tradisi tahunan menyambut malam tujuh likur (malam 27 Ramadhan),” kata Samsul, warga Tanjung Balai Karimun.
Warga, kata dia, bergotong royong membuat lampu colok dengan memanfaatkan kaleng-kaleng bekas yang kemudian diberi sumbu.
“Bahan bakar minyak tanah diperoleh dari dana yang dikumpulkan warga secara sukarela,” katanya.
Dia mengatakan, warga mempercayai malam tujuh likur sebagai malam “lailatul qadar” yang disebutkan dalam Al Quran.
“Malam “lailatul qadar” merupakan malam turunnya malaikat yang disambut warga dengan menerangi rumah dan jalan-jalan dengan lampu pelita,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Karimun Suryaminsyah mengatakan, lampu colok merupakan tradisi turun temurun masyarakat Karimun yang memiliki potensi kepariwisataan.
“Kami mendorong warga untuk melestarikan tradisi ini sebagai salah satu ciri khas budaya Melayu,” ucapnya.
Dia mengatakan telah menyiapkan hadiah uang tunai total Rp45 juta bagi para pemenang festival lampu colok. Penilaian lomba, kata dia, didasarkan pada keindahan dan keserasian gapura colok yang didirikan warga.
Pemenang pertama akan mendapatkan hadiah sebesar Rp10 juta, pemenang kedua Rp9 juta, ketiga Rp8 juta, keempat Rp6 juta serta pemenang kelima Rp5 juta. (ANT/K004)
Sumber: http://www.antaranews.com