Dua Cagar Budaya di Magetan Terancam Punah

Magetan, Jawa Timur - Dua cagar budaya berupa masjid tua di Magetan, Jawa Timur, kian terancam, karena tidak dapat perhatian dari pemerintah. Salah satu masjid tersebut diberi nama At-Taqwa pada 1970-an. Masjid ini dipercaya memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Masjid dengan kubah batu tersebut dibangun oleh salah seorang punggawa Magetan, H Imam Nawawi. Hingga saat ini, masjid tersebut masih dipercayakan kepada salah satu menantunya, H Hamid (65).

H Hamid mengisahkan, masjid cagar budaya At-Taqwa berdiri sejak 1850 di Dusun Badegan, Desa Tegal Arum, Kecamatan Parang, Magetan ini dibangun dengan luas sekitar 8x20 meter. Masjid ini diangun dengan delapan kayu jati yang menopang berdirinya atap masjid. Empat berada di depan dan empat penyokong lagi di belakang. Desainnya mirip rumah adat Jawa, Joglo.
"Sebelum dibangun oleh Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto, dulu masjid ini berdinding gedhek atau anyaman bambu. Masjid ini juga dibangun dengan satu pintu, berbeda kebanyakan masjid kuno lainnya yang dibangun dengan tiga pintu," ujar H Hamid. "Pada 1997 lalu, masih lengkap 30 kitab kuno tersebut. Karena dimakan usia, terkena hujan dan dimakan hewan rengat, sekarang tinggal 17 kitab kuno yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Apalagi kami tidak tahu cara merawat kitab-kitab tersebut," ujar Hamid.

Lain di At-Taqwa lain pula di Masjid Wakaf Kyai Haji Abdul Rohman yang terletak di Dusun Tegalrejo, Desa Semen, Kecamatan Nguntoronadi, Magetan. Di masjid dengan usia lebih tua sekitar 15 tahun atau dibangun sekitar tahun 1835, ini tak menyisakan satu pun kitab. Masjid ini malah menyisakan belasan pusaka yang dikisahkan berasal dari Kerajaan Majapahit. Masjid cagar budaya dengan kubah batu dengan delapan kayu penopang ini, sama dengan At-Taqwa, juga mempunyai sumur yang dipercaya bisa menambah semangat hidup. Menurut sejumlah ahli air, dari sumur ini mengandung banyak mineral.

"Memang dari segi arsitektur, hampir sama dengan masjid yang ada di Parang. Yang membedakan, masjid ini dibangun dengan tiga pintu dan dua tingkat pada atap. Mengenai kubah masjid, dibangun sama dengan Masjid At-Taqwa, yaitu dari batu," ujar salah satu anak turun Kyai Haji Abdul Rohman, H Gunawan Hanafi (60). Masjid ini juga tak dibangun dengan kayu jati, namun dibangun dan ditopang dengan Kayu Sono yang pengerjaannya belum menggunakan penghalus. Jadi, beberapa kayu masih terlihat kasar. Tetapi tidak mengurangi kesan kokoh dari masjid yang dibangun di atas tanah seluas 20 meter pesegi. (AG/OL-04)

-

Arsip Blog

Recent Posts