Nganjuk, Jawa Timur - Masjid Al Mubarok di Desa Kacangan, Kecamatan Brebek, satu diantara sejumlah peninggalan bersejarah di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Terdapat beberapa keunikan pada bangunan tersebut, di antaranya arsitektur menyerupai bangunan pura serta kemunculannya yang tidak diketahui oleh warga sekitar. Bangunan Masjid Al Mubarok diketahui berdiri sejak tahun 1745 M. Saat itu Kabupaten Nganjuk dipimpin bupati pertamanya Raden Tumenggung Sosro Kusuma Kantjeng. Tidak diketahui secara pasti, siapa yang mendirikan bangunan masjid. "Makanya masjid ini disebut tiban. Wallohualam, siapa yang membangun sampai sekarang juga tidak ada yang tahu," kata Anggota Takmir Masjid Al Mubarok Sofwan saat ditemui di serambi masjid, Rabu (9/9/2009).
Selain memiliki daya tarik, Masjid Al Mubarok juga mempunyai sejumlah keunikan lainnya. Diantaranya, arsitektur bangunan menyerupai pura, ornamen ukiran yang tidak didominasi oleh kaligrafi tulisan arab, melainkan gambar-gambar naga dan ciri khas ukiran pura lainnya. "Kalau soal itu, cerita dari sesepuh karena dulunya mayoritas warga di sini menganut agama Hindu. Mungkin juga, pendiri masjid ini ingin penyebaran agama Islam menjadi mudah," ujar Sofwan.
Tak hanya ornamen ukiran, kemiripan Masjid Al Mubarok dengan pura juga tampak dengan adanya sebuah lingga yoni di bagian depan pelataran masjid. Meski berbeda dengan fungsi semestinya dari lingga yoni, saat ini di pelataran Masjid Al Mubarok, bebatuan itu dijadikan alat bantu penentu datangnya waktu salat. Masjid Al Mubarok diakui juga memiliki daya magis yang tidak dapat dinalar oleh akal sehat manusia. Diantaranya keberadaan bedug yang pernah dipindahkan ke Alun Alun Nganjuk, namun kembali dengan sendirinya. "Memang pernah dulu seperti itu dan sejak saat itu tidak pernah lagi dipindahkan. Jadi saat itu dipindahkan untuk disimpan dan dilestarikan, tapi tidak tahunya baru 2 hari dipindahkan langsung kembali ke tempatnya," jelas Imam Muslim, salah satu anggota takmir lainnya.
Daya magis lain yang terdapat di Masjid Al Mubarok yakni padatnya jumlah jamaah iktikaf di setiap malam bulan Ramadan. Serambi dan halaman masjid selama ini diakui menjadi tempat mujarab memanjatkan doa dan menemukan malam lailatul qodar. "Kalau soal itu bukan cerita lagi, tapi sudah banyak yang membuktikan. Coba nanti kalau sudah masuk maleman, sampeyan ke sini dan lihat, jamaahnya tidak hanya dari Nganjuk, tapi sampai Madiun dan Ponorogo juga ada," pungkas Imam. (fat/fat)
Sumber: http://ramadan.detik.com