Minim Promosi, Tak Digubris Pengusaha

Samarinda, Kalimantan Timur - Festival Kemilau Seni Budaya Etam di Kaltim, sudah 4 kali digelar. Kamis (5/11) besok, festival tahunan ini akan kembali digelar di Kompleks Stadion Madya Sempaja Samarinda. Namun, tak banyak warga yang tahu. Pasalnya, promosi event ini sangat minim. Pantauan Kaltim Post, di Samarinda saja yang merupakan tuan rumah festival kali ini, hanya satu baliho yang terlihat di kawasan kota. Yakni di dekat Gedung BPD Kaltim Jl Awang Long.

Bila dicek di website milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kaltim, juga tak ada informasi mengenai festival ini. Padahal, dari sisi seni budaya, festival ini sangat berpotensi menarik wisatawan. Pasalnya, 14 kabupaten/kota di Kaltim terlibat dan menampilkan budaya andalannya selama tiga hari, mulai Kamis (5/11) hingga Sabtu (7/11).

Total ada 19 suku dayak yang terlibat. Dalam festival itu berbagai olahraga tradisional dayak juga akan dipertontonkan seperti lomba sumpit dan gasing. Malam harinya (mulai Kamis, 5/11 sampai Sabtu, 7/11) di GOR Madya Sempaja digelar seni musik dan tarian tradisional suku-suku dayak. Termasuk peragaan busana masing-masing suku.

Menanggapi ini, Kepala Disbudpar Kaltim Firminus Kunum mengakui promosi kegiatan yang minim. Total anggaran operasional dari APBD bagi Disbudpar katanya, memang “hanya” Rp 10 miliar sepanjang 2009. Untuk kegiatan promosi wisata, hanya dijatah Rp 800 juta. Khusus untuk festival ini, dianggarkan Rp 1 miliar ditambah Rp 200 juta dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Dana ini termasuk akomodasi dan konsumsi bagi 40 orang tim dari masing-masing 14 kabupaten/kota yang ikut agenda tahunan ini. Dengan dana yang dinilai Firminus sangat minim itu, pihaknya tak bisa berbuat banyak untuk menggiatkan promosi. Padahal, Firminus juga mengetahui bahwa tanpa promosi maksimal, sebuah event tak bisa berjalan maksimal atau bisa sepi pengunjung. “Memang kami akui promosi minim karena anggaran untuk kegiatan ini juga tak besar.

Padahal, potensi event ini sangat tinggi menarik minat wisatawan,” katanya di Gedung Disbudpar Jl Awang Long, kemarin. Untuk mengantisipasi hal ini katanya, Disbudpar sudah meminta bantuan ke pengusaha ataupun perusahaan di Kaltim. Hasilnya, tetap saja mentah.

Akhirnya, Festival Kemilau Seni Budaya Etam tanpa promosi, seakan-akan dibuat dadakan dan tahu-tahu akan digelar mulai besok Kamis (5/11) hingga Sabtu (7/11). “Surat yang kami berikan ke perusahaan dan pengusaha di Kaltim itu ada rekomendasi gubernur dan ditandatangani wakil gubernur.

Tapi, itu tak digubris mereka. Jangankan dibuatkan baliho, spanduk saja tidak. Pengusaha Kaltim sebaiknya jangan hanya tertarik properti dan pertambangan,” kata Firminus.

Bertolak Belakang

Dikatakan Firminus, setelah Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mencanangkan Visit East Kalimantan pada 10 Januari 2009 silam, sempat digemborkan tiap kabupaten/kota dalam setahun harus mengagendakan satu event budaya termasuk meningkatkan objek wisata. “Jadi ada calender of event-nya.

Karena ada 14 kabupaten/kota, maka tiap bulan pasti ada event budaya sehingga ini diharapkan dapat meningkatkan wisatawan yang datang ke Kaltim,” katanya. Bahkan, kata Firminus, di awal masa jabatan Awang Faroek, saat rapat pertama kali dengan SKPD, yang dibahas adalah isu parisiwata. Sayang, perhatian gubernur ini tak sejalan dengan anggaran.

Alokasi dana ke Disbudpar Kaltim hanya Rp 10 miliar, dinilai tak sebanding dengan target event-event budaya tahunan yang diagendakan. “Mau bagaimana lagi. Disbudpar ternyata termasuk dalam SKPD yang menerima dana APBD paling kecil. Namun, saya memegang prinsip apa yang ada harus bisa dimanfaatkan untuk melakukan sesuatu,” katanya. Anggaran minim, tapi target malah meningkat.

Pada 2009 ini, hingga akhir tahun ditarget wisatawan yang datang mencapai 25 ribu atau meningkat 5 ribu dari target tahun 2008 (20 ribu orang). “Target wisatawan asing, dari 685 ribu orang di 2008 kami harapkan meningkat menjadi 1,5 juta orang di akhir tahun 2009,” katanya. Selain itu, Firminus juga kecewa hingga keempat kalinya event tahunan ini digelar, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik tak sekalipun hadir.

“Saya jelas kecewa, 4 kali atau tiap tahun kami undang yang datang selalu staf ahlinya. Padahal, di daerah lain Jero Wacik sering datang menyempatkan diri. Namun, acara ini sudah pasti dibuka langsung Gubernur Awang Faroek Ishak,” ujarnya.(che)

-

Arsip Blog

Recent Posts