Denpasar, Bali - Bentara Budaya Bali menjadwalkan menggelar kembali dialog kreatif tentang sastra dan penulisan dengan tajuk "Dunia Fiksi Kurnia".
"Dialog tersebut rencananya berlangsung Selasa (4/10) di Bentara Budaya di Ketewel, Kabupaten Gianyar, Bali," kata Juwitta Lasut, penata laksana kegiatan budaya BBB di Denpasar.
Dia mengatakan, pada diskusi "Sandyakala Sastra #16" itu akan menghadirkan pembicara Kurnia Effendi, yang merupakan sastrawan terbaik.
Menurut dia, saat ini dunia susastra Indonesia kini kian menunjukkan geliatnya. Begitu banyak sastrawan, seniman dan penulis-penulis muda bermunculan dengan karya yang menjanjikan, tidak hanya dari sisi tematik, namun juga dalam pilihan bentuk estetik lainnya.
Lahirnya berbagai penciptaan sastra, baik puisi, prosa maupun drama secara intens, boleh jadi menandakan adanya keseriusan berproses yang sedemikian rupa, masuk dalam pergulatan kata-kata, dunia penciptaan dan penemuan eksistensi diri.
"Pada dialog tersebut akan dijawab berbagai pertanyaan tentang penciptaan karya sastra. Pertanyaan itu, seperti sungguhkah karya sastra hanyalah semata pengungkapan imaji penulisnya? Tidakkah sastra juga memberikan peluang guna menyikapi permasalahan kekinian ataupun kenyataan sehari-hari?," ujarnya.
Juwitta mengatakan, Kurnia Effendi tidak hanya piawai menulis cerpen dan puisi, namun juga novel serta esai. Dilahirkan di Tegal, 20 Oktober 1960, cerpen dan puisinya dipublikasikan pertama kali tahun 1978.
Dedikasinya dalam berkarya dibuktikannya dengan meraih sekitar 30 penghargaan, delapan diantaranya juara pertama. Selain memperbincangkan soal proses kreatif dan kiat-kiatnya dalam menulis karya kreatif, Kurnia Effendi juga akan mendialogkan perkembangan terkini dari susastra Indonesia, termasuk peran kurator dalam penyelenggaraan acara sastra, nasional ataupun internasional.
Kurnia Effendi kerap diundang pada berbagai peristiwa sastra nasional maupun internasional diantaranya, "Mimbar Penyair Abad 21" (1996), "Panggung Prosa Indonesia Mutakhir" (2003), "Biennale Lierary Festival TUK" (2005), "Ubud Writer & Readers Festival" (2010).
Sejak 1997 hingga saat ini ia telah menerbitkan 13 buku, antara lain Kartunama Putih (1997), Bercinta di Bawah Bulan (2004), Kincir Api (2005, lima besar khatulistiwa Literary Award 2006), Burung Gagak (2010), Anak Arloji (2011) dan lain-lain. Kurnia Effendi juga kerap memberikan workshop penulisan kreatif di banyak kota di tanah air.
Dia aktif di Komunitas Sastra Indonesia, Ketua Asosiasi Penulis Cerita (ANITA). Ia juga dipercaya sebagai kurator acara Ubud Writer & Reader Festival (2011).
"Melalui diskusi-diskusi seperti ini diharapkan dapat mendorong generasi muda untuk menjadi lebih kreatif dalam mencipta karya. Kami sebagai salah satu lembaga kebudayaan di Bali dengan senang hati dapat memberi ruang berkreasi seluas-luasnya bagi masyarakat, entah melalui menulis atau kegiatan kesenian dan sastra lainnya," katanya.
Sumber: http://oase.kompas.com