London, Inggris - Museum kebudayaan Lugano "Museo della Cultura Lugano" bekerjasama dengan pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Tengah mengelar pameran bertajuk "Sapuyung" yang memamerkan koleksi hiasan tutup kepala Dayak Ngaju.
Pameran lima bulan hingga 26 Februari 2012 itu akan menampilkan Sapuyung di Museum yang selama ini memberikan perhatian dan keprihatinan akan punahnya ikon kebudayaan dan koleksi benda-benda liturgis lainnya dari masyarakat Dayak asli, kata Sekretaris I KBRI Bern, Oktavia Maludin, kepada ANTARA London, Senin.
Dikatakannya selain koleksi Sapuyung, pengunjung juga diajak menyaksikan koleksi koleksi tetap pameran artifak koleksi dari Papua, Nias, Batak dan Toraja. Sapuyung adalah nama hiasan kepala khas Kalimantan Tengah yang digunakan dalam upacara keagamaan masyarakat Dayak Ngaju yang masih menempati desa Telangkah di tepian Sungai Katingan yang memiliki kepercayaan Kaharingan.
Tidak hanya menjadi busana pelengkap, Sapuyung, adalah ikon dan simbol dari kekayaan budaya yang dimiliki Kalimantan Tengah . Dibuat hanya oleh wanita yang telah sepuh didalam masyarakat, dari anyaman bambu dihiasi dengan motif yang menggambarkan dewa-dewa dan unsur-unsur penting dari alam.
Pameran dibuka Gubernur Lugano Arch Dipl. ETH G. Giudici dan dihadiri kalangan akademisi dari beberapa negara Eropa lainnya, mahasiswa Fakultas Anthropologi dari Universitas Lugano, dan warga masyarakat yang selama ini memiliki ketertarikan terhadap kebudayaan khas Kalimantan tersebut sejak 2007 dimana pertama kali pameran dilaksanakan.
Museum Budaya Lugano yang terletak tepat dipinggir Danau Lugano membagi pameran menjadi tiga bagian ruangan , ruangan pertama didedikasikan kepada penganyam Sapuyung, ruangan kedua untuk para Imam dan pemimpin agama Kaharingan sedangkan ruangan tengah tempat dimana penganyam dan pemimpin agama bersatu dalam suatu upacara keagamaan.
Menurut Direktur Museum Kebudayaan Lugano Francesco Paolo Campione, selama lima tahun, museum tersebut telah terlibat dalam riset lapangan, terhadap kebudayaan Kalimantan yang mengagumkan dan telah membangun koleksi-koleksi benda seni untuk itu.
Dengan dukungan Musium, Francesco Paolo Campione yang juga dosen di Fakultas Antropologi Universitas Lugano bersama Istrinya Junita Arnelf Mauillari yang juga peneliti Anthrpologi dibidang yang sama melakukan kerja penelitian langsung ke masyarakat Dayak Ngaju.
Perjalanan menghabiskan waktu dua hari dilaluinya karena kecintannya dan semangatnya untuk membuka pintu untuk perjalanan yang mempesona ke dalam imajinasi bentuk, pengetahuan tentang obat-obatan dan akar dari identitas dari sebuah tradisi kuno yang mempesonakan.
Museum menyampaikan penghargaan yang setingginya terhadap dukungan pemerintah daerah khususnya Gubernur Agustin Teras Narang, yang juga menerima penghargaan dari Museium tersebut, yang telah banyak membantu mempromosikan karya warisan budaya lokal yang dan menghormati nilai-nilai dan sistem kepercayaan tradisional orang asli Provinsi.
Sumber: http://oase.kompas.com