Sampit, Kalteng - Motif batik Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah yang dilucurkan pekan lalu, memiliki makna penting yaitu motivasi, kata Bupati Kotim, Supian Hadi di Sampit, Selasa.
Bupati menyebutkan, motif batik Sampit "anggrek tebu" atau dalam bahasa Dayak disebut anggrek tewu dan motif gayung birang. Anggrek tebu merupakan anggrek khas Kotim. Kedua motif ini sengaja dipilih karena punya makna yang dalam sekaligus sebagai harapan dan doa.
Dari sinopsis yang dibuat Sanggar Seni Habaring Hurung Sampit dijelaskan, motif pada batik Sampit, Kabupaten Kotim adalah hasil penggabungan antara motif gayung birang yang berarti percikan emas yang tercecer dan motif anggrek tebu.
Kedua motif tersebut berasal dari alam, terutama anggrek tebu yaitu tumbuhan sejenis pakis yang dapat hidup dan berkembang di hutan tropis khsusus.
Jenis anggrek ini tumbuh liar di hutan pedalaman wilayah Utara seperti Kecamatan Antang Kalang dan Kuala Kuayan, sedangkan percikan emas adalah gambaran emas hasil dari usaha masyarakat hulu di daerah penambangan atau pendulangan emas.
"Bunga anggrek tebu sangat indah dengan bentuk yang kecil-kecil. Warna anggrek tebu didominasi kuning ditambah bercak-bercak berwana coklat, hitam dan ungu," katanya.
Dalam satu batang anggrek biasanya terdapat puluhan tangkai bunga. Sebelum berbunga, tanaman ini didahului batang yang sama persis dengan tebu, kemudian akan muncul batang anggrek di tengah yang kemudian berbunga.
Menurut Supian Hadi, alasan menjadikan anggrek tebu sebagai motif batik Sampit, Kabupaten Kotim karena pertimbangan filosofi hidup anggrek tebu.
Tanaman ini bisa tumbuh di mana saja dengan jenis tanah apa saja. Anggrek tebu juga bisa berdampingan dengan tanaman apa saja tanpa mengganggu tanaman lain seperti halnya benalu.
Setelah tumbuh, anggrek tebu akan besar dan lebih dominan dari tanamana lain di sekitarnya. Setelah berbunga, anggrek ini akan memberikan keindahan terhadap alam di sekitarnya.
Filosofi inilah yang diambil dengan harapan masyarakat Kotim juga bisa terus tumbuh seperti anggrek tebu. Bisa hidup bersama atau berdampingan tanpa mengganggu orang lain dan akan menjadi kabupaten paling maju diantara kabupaten-kabupaten lain di Kalteng.
Kotim juga diharapkan bisa memberi keindahan, kemaslahatan serta kesejahteraan bagi seluruh masyarakat pada khususnya dan Kalteng pada umumnya.
Inspirator batik khas Kotim adalah Ketua Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Kotim, Hj Iswanti Supian Hadi, sedangkan pengembangan motif merupakan hasil karya Bupati Kotim, Supian Hadi.
Penelusuran sinopsis sudah lama dilakukan dengan meminta informasi dari budayawan Kotim seperti (almarhum) H Syah Ideris Masdipura dan sejumlah damang di Kotim.
"Saya akan mematenkan motif batik Sampit itu melalui Peraturan Bupati (Perbub), tujuannya adalah supaya memiliki dasar hukum yang kuat dan agar tidak klaim oleh daerah lain," terangnya.
Pemerintah daerah juga akan mendorong pengembangan produksi batik Sampit, dan mengupayakan pemasaran batiknya dapat menerobos ke tingkat nasional, bahkan jika perlu ke dunia internasional.
Sementara Risa, salah seorang pegawai negeri sipil (PNS) Pemkab Kotim menyatakan menyambut gembira akan digunakan batik Sampit sebagai seragam kerja PNS pada hari-hari tertentu.
Dia berharap batik Sampit terus dikembangkan sehingga bukan sekadar identitas batik khas daerah saja, tetapi punya daya saing sehingga bisa tampil di pasaran nasional dan internasional.
"Motifnya bagus. Saya suka, apalagi makna dari motif itu sangat bagus, sehingga tidak berlebihan jika terus dibudayakan. Masyarakat tentu akan mendukung upaya positif seperti ini. Hak patennya harus segera didaftarkan supaya tidak diklaim daerah lain," katanya.
Sumber: http://oase.kompas.com