Kondisi bangunannya semakin tak terawat. Beberapa bagian ruangan tampak rusak, dan menandakan tanpa perawatan. Kubangan air ada di mana-mana, membuat pengunjung seakan dibuat malas untuk memasuki kawasan yang semula diandalkan sebagai aset wisata Kota Semarang itu. Tak mengherankan, dari hari ke hari jumlah pengunjung Puri Maerakaca yang mempunyai bangunan 35 miniatur rumah adat, dari 35 kabupaten yang ada di Jateng itu pun juga relatif sepi. Jarang terlihat rombongan pariwisata yang mengunjungi tempat itu.
Pada siang hari, kompleks yang mulai kusam dan tidak terawat itu, kesan jorok menonjol. Objek wisata yang coba ditonjolkan di tempat ini, tidak lagi mampu menarik minat pengunjung. Tempat-tempat hiburan yang paling sederhana sekali pun, seperti lokasi istana bermain anak-anak, yang harus melewati sebuah jembatan mini, sebagai penghubung satu-satunya memasuki kawasan Puri Maerokoco, menginjak pukul 17.00, mulai tergenang air rob.
Semakin malam, genangan itu akan mencapai betis orang dewasa. Tidak hanya di titik pintu masuk ini saja. Menurut Suwarno (48), penjaga pendapa asal daerah Karanganyar, titik-titik yang sering tergenang rob, paling tidak ada enam lokasi.
"Kawasan yang paling dekat dengan miniatur pantai, biasanya akan lebih sering tergenang rob. Termasuk, miniatur jalan-jalan utama seperti di pendapa Blora, Tegal dan Pekalongan," terangnya.
Sejak 1997 Suwarno yang ditugaskan mengelola miniatur Karangayar mengakui, kerusakan di kompleks Puri Maerokoco sudah terjadi sejak tahun 1997. Meski dari masing-masing pemerintah kabupaten melakukan perbaikan, beberapa bangunan yang rusak, tetap saja kesannya tidak terawat. Persoalan rob ini pun, ternyata berdampak pada pembangunan gedung baru. Seperti yang terjadi saat ada pembangunan gedung Dewan Kesenian Jateng di kompleks Puri Maerokoco. "Tanah di sekitar bakal gedung itu, harus ditinggikan dua meteran karena rob," tambah Suwarno.
Pengamatan Wawasan, beberapa tempat selain kotor juga menimbulkan bau busuk. Ini tak lain adanya sampah dari berbagai jenis yang tidak mudah didaur ulang, dan berserakan di mana-mana, terutama di beberapa genangan rob, sekeliling bangunan miniatur, dengan ketinggian antara 5-50 cm. Banyak terdapat timbunan bekal minuman dan plastik, yang dibuang oknum pengunjung begitu saja. Hingga menimbulkan lumut yang sangat tebal.
"Malas, tempat bermainnya seperti tidak pernah dirawat, sangat kotor. Banyak sampah. Dan tingginya air rob, tidak musin hujan saja genangannya sangat tinggi, apalagi kalau musim hujan," terang Jhony Yusrizal (33), warga Lamper, Semarang yang terang-terangan melarang keluarganya berwisata ke tempat itu. Justru kini yang ada dan menghiasi kawasan itu adalah, pasangan muda-mudi yang memadu kasih di setiap sudut, kompleks Puri Maerokoco.
Kondisi memprihatinkan tersebut lebih parah lagi, karena pada malam hari menjadi ajang esek-esek. Aktivitas mereka pada malam hari, bukan sekadar pacaran namun sudah menjurus berbuat intim. Pemandangan tak senonoh pun mudah sekali dilihat di tempat tersebut.
Pada malam hari sering ditemukan pula mobil bergoyang. Dan, tampaknya mereka cukup aman. Cukup membayar karcis di pintu masuk yang dijaga satpam, lalu mereka pun "bermain" dengan aman. "Saya sering tahu ada orang "main" di mobil, dan pernah mengingatkan tetapi yang bersangkutan membentak dan mengaku polisi," ujar seorang penjaga anjungan yang keberatan disebut namanya
Sumber : http://www.wawasandigital.com