Mendengar Tanah Hitu maka yang akan dibahas pertama kali adalah terbentuknya Hitu itu sendiri. Maluku sebagai daerah berdirinya Tanah Hitu mejadi satu tempat yang di dalamnya telah berdiri sebuah kerajaan dengan keunikan yang dimilikinya, juga kekuatan yang luar biasa di kala itu saat menahan serangan Belanda. Seperti kabar yang telah merebak di kalangan masayarakat bahwa Tanah Hitu terbentuk dari datangnya Empat Perdana.
Kata Perdana adalah asal kata dari bahasa Sanskerta artinya Pertama. Empat Perdana adalah empat kelompok yang pertama datang di Tanah Hitu, pemimpin dari Empat kelompok dalam bahasa Hitu disebut Hitu Upu Hata atau Empat Perdana Tanah Hitu. Kedatangan Empat Perdana merupakan awal datangnya manusia di Tanah Hitu sebagai penduduk asli Pulau Ambon. Empat Perdana Hitu juga merupakan bagian dari penyiar Islam di Maluku. Kedatangan Empat Perdana merupakan bukti sejarah syiar Islam di Maluku yang di tulis oleh penulis sejarah pribumi tua maupun Belanda dalam berbagai versi seperti Imam Ridjali, Imam Lamhitu, Imam Kulaba, Holeman, Rumphius dan Valentijn.
Kerajaan ini berdiri sebelum era kolonialisme di dindonesia. Berdirinya kerajaan ini tidak lepas dari keberadaan Empat Perdana. Mereka adalah empat kelompok yang pertama kali menginjakkan kakinya ke Tanah Hitu. Empat Perdana bukan berarti empat orang pertama yang datang, tetapi merujuk pada periodisasi kedatangan para perdana ke Maluku. Sehingga, sebutan empat tidak merujuk pada jumlah empat orang, tapi lebih diartikan pada empat kellompok yang datang pada setiap periodenya. Empat Perdana ini juga dikenal sebagai penyebar agama Islam pertama di Maluku.
Empat perdana merupakan bangsa Alifuru. Mereka merupakan kelompok yang pertama kali mendiami Pulau Seram dan pulau-pulau lainnya di Mauluku, dan mereka merupakan sub ras Melanesia. Empat Perdana telah dijelaskan di awal bahwa mereka merupakan Alifuru (pendatang) yang datang secara periodik memiliki waktu yang berbeda-beda. Berikut kedatangan pada Perdana dengan periode yang berbeda.
Pattisilang Binaur dari Gunung Binaya (Seram Barat) kemudian ke Nunusaku dari Nunusaku ke Tanah Hitu, tahun kedatangannya tidak tertulis. Mereka mendiami suatu tempat yang bernama Bukit Paunusa, kemudian mendirikan negerinya bernama Soupele dengan Marganya Tomu Totohatu. Patisilang Binaur disebut juga Perdana Totohatu atau Perdana Jaman Jadi.
Kiyai Daud dan Kiyai Turi disebut juga Pattikawa dan Pattituri dengan saudara Perempuannya bernama Nyai Mas adalah pendatang kedua. Adapun kedatangan mereka ke Tanah Hitu hendak mencari tempat tinggal leluhurnya yang jauh sebelum ke tiga perdana itu datang. Ia ke Tanah Hitu yaitu pada Abad ke-X Masehi, dengan nama Saidina Zainal Abidin Baina Yasirullah (Yasirullah artinya Rahasia Allah) yang menurut cerita turun temurun Raja Hitu Lama bahwa beliau ini tinggal di Mekah, dan melakukan perjalan rahasia mencari tempat tinggal untuk anak cucunya kelak kemudian hari, maka dengan kehendak Allah Ta’ala beliau singgah di suatu tempat yang sekarang bernama Negeri Hitu tepatnya di Haita Huseka’a (Labuhan Huseka’a). Disana mereka temukan Keramat atau Kuburan beliau, tempatnya diatas batu karang. Tempat itu bernama Hatu Kursi atau Batu Kadera (Kira-Kira 1 Km dari Negeri Hitu). Peristiwa kedatangan beliau tidak ada yang mencatat, hanya berdasarkan cerita turun – temurun. Perdana Tanah Hitu keuda ini tiba di Tanah Hitu yaitu di Haita Huseka’a (Labuhan Huseka’a) pada tahun 1440 pada malam hari. Mereka tinggal disuatu tempat yang diberi nama sama dengan asal Ibu mereka yaitu Tuban/Ama Tupan (Negeri Tuban) yakni Dusun Ama Tupan/Aman Tupan sekarang kira-kira lima ratus meter di belakang Negeri Hitu, kemudian mendirikan negerinya di Pesisir Pantai yang bernama Wapaliti di Muara Sungai Wai Paliti. Perdana Pattikawa disebut juga Perdana Tanah Hitu atau Perdana Mulai artinya orang yang pertama mendirikan negerinya di Pesisir pantai, nama negeri tersebut menjadi nama doa atau Ruma Tau yaitu Wapaliti dengan marganya Pelu.
Perdana yang datang ketiga pada periode ketiga bernama Jamilu, yang datang dari kerajaan Jailolo. Jamilu datang ke Tanah Hitu pada tahun 1465. Ia mendirikan negeri bernama Laten. Nama negeri tersebut menjadi nama marganya, yaitu Lating. Jamilu disebut juga perdana Jamilu atau Perdana Nustapi dengan gelar Kapotan Hitu I. nama Nustapi memiliki arti Perdana Hitu (Pattikawa) dengan Perdanan Totohatu.
Pendatang terakhir adalah Kie Patti dan Gorom (P. Seram bagian Timur) pada tahun 1468. Ia mendirikan negeri bernama Olong. Nama negeri tersebut juga sekaligus menjadi nama marganya. Kie Patti disebut juga Perdana Pattituban karena ia pernah diutus ke Tuban untuk memahami sistem pemerintahan di daerah itu yang nantinya akan dijadikan dasar pemerintahan di kerajaan Tanah Hitu.
Dengan kedatangan Empat Perdana tersebut, Kerajaan Hitu akhirnya terbentuk atas musyawarah yang dilakukan dengan menentukan salah satu rajanya dari salah satu perdanana yang ada, dengan keputusan berdasarkan kemufakatan masyarakat. Sejak itulah kerajaan berdiri dengan kerukunan dan kejayaan dalam hal pertanian dan perdaganga, sehingga Belanda begitu tertarik untuk menguasai daerah ini. Keempat Perdana tersebut pula yang sampai darah terakhir mencoba untuk mempertahankan tanah mereka dengan segala keasriannya, meskipun akhirnya harus mengaku kalah juga.
***
Sumber: wacananusantara.org