Montreal, Kanada - Suara gamelan memenuhi Salle de bal alias balai pertemuan, di sebuah fakultas di Universitas McGill, Montreal, Quebec, Kanada, Sabtu (20/9/2014) malam. Alunan gamelan Jawa menjadi pertunjukan pembuka kegiatan ”Aloen Aloen Festival” yang digelar Persatuan Mahasiswa Indonesia di Kanada (Permika), Montreal.
Tabuhan gamelan itu dipersembahkan Kelompok Karawitan Poerwoadi yang hampir semua penabuhnya insinyur asal Indonesia, dengan berbagai keahlian khusus terkait pembuatan pesawat terbang. Malam itu, Bambang Setijoso bersama tim karawitannya tampil dalam balutan busana adat Jawa. Para undangan pun dibuat larut dalam suasana.
Tepuk tangan undangan terdengar saat para insinyur yang dulunya bekerja di Industri Pesawat Terbang Nusantara Bandung, Jawa Barat, dan kini bekerja di Bombardier, perusahaan pesawat terbang di Kanada itu, mengakhiri tabuhan gamelan.
”Kami memang tinggal dan bekerja di negeri orang, tetapi kami tetap Indonesia. Di hati kami hanyalah Merah Putih. Kami akan selalu menjaga budaya bangsa Indonesia,” ungkap Sigit Afrianto, salah satu anggota tim karawitan.
Promosi Nusantara
Seusai pertunjukan gamelan, tarian Nuswantoro Joyo dan tari Kridhaning Tembaga persembahan pelajar yang tergabung dalam Duta Seni dan Misi Budaya Pelajar Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, 2014 kembali memukau penonton. Bendera Merah Putih ditampilkan dalam tarian Nuswantoro Joyo yang menggambarkan kekuatan Merah Putih dalam menghadapi berbagai konflik di Nusantara.
Penonton pun mendapat kejutan. Empat pelajar dari Boyolali yang membawakan tarian Tetayuban mendekati undangan dan mengalungkan sampur, lalu mengajak menari bersama dalam alunan musik tradisi Jawa.
”Waw…ini benar-benar kejutan. Saya benar-benar tidak menyangka, senang sekali,” ujar Elio de Madagascar, salah satu undangan yang hadir malam itu.
Tak hanya itu, undangan pun dibuat larut dalam suasana riang saat 18 pelajar dari Boyolali membawakan tarian Topeng Ireng Gugur Gunung dalam kostum bernuansa etnik. Hentakan kaki disertai gemerincing lonceng di kaki penari membuat suasana meriah.
”Kami hadir untuk mempromosikan kekayaan seni dan budaya Indonesia, khususnya dari Kabupaten Boyolali. Kami berharap Indonesia makin dikenal dan akhirnya menarik perhatian dunia luar untuk datang berkunjung ke Indonesia,” papar Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali Abdul Rahman.
”Aloen Aloen Festival” juga diramaikan dengan persembahan tarian dari masyarakat dan mahasiswa Indonesia yang tinggal di Montreal. Semua mengusung semangat Merah Putih, menampilkan kekayaan seni budaya Nusantara.
”Kegiatan ini untuk mempromosikan seni budaya Indonesia,” ujar Anna, dari Permika Montreal.
Selain dihadiri mahasiswa dan dosen di Universitas McGill, sejumlah warga Montreal dan komunitas pencinta budaya Indonesia yang hadir malam itu menikmati pertunjukan tersebut. Presiden Gamelan Bali di Montreal, Eric Vandal, dan salah satu dosen Universitas McGill, R Philip Buckley, pun dibuat terpana dengan pertunjukan tarian Topeng Ireng Gugur Gunung dan Tetayuban yang baru pertama mereka saksikan.
”Kebanyakan orang-orang asing hanya mengenal tarian Bali. Ketika menyaksikan Topeng Ireng Gugur Gunung dan Tetayuban mereka heran. Ternyata banyak tarian tradisi di Indonesia,” ujar Eko Nurcahyo, pelatih tari dari Indonesia yang tinggal di Montreal.
Tak hanya pertunjukan seni budaya, malam itu, sejumlah warga Indonesia di Montreal juga menyuguhkan makanan-makanan khas Indonesia. Selama acara, setiap pengunjung, terutama anak-anak, yang ingin melukis gambar wayang juga diberikan kesempatan.
Malam itu, masyarakat Indonesia yang hadir ikut terlibat, baik tampil dalam pertunjukan maupun menjadi panitia. ”Saya mengajari anak-anak menggambar dan mewarnai wayang,” ujar Naufal Wiwaswan (17), warga Indonesia di Montreal.
Meski hadir dengan peran berbeda, baik warga Indonesia di Montreal maupun pelajar dari Boyolali, semuanya turun tangan demi mempromosikan Nusantara.
Sumber: http://travel.kompas.com