Subang, Jabar - Ribuan orang menyaksikan iring-iringan seni tradisional sisingaan titingi yang pengusungnya menari mengikuti paduan musik kendang, gong, dan gamelan di Alun-alun Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (6/9/2014). Pesta rakyat itu semarak karena di belakang pengusung berjumlah 8 orang (satu sisingaan diusung oleh 4 orang) ratusan orang ikut berjoget sambil berjalan mengitari alun-alun.
”Beginilah kalau sisingaan digelar, banyak orang ikut menari sehingga jadi pesta rakyat,” kata Warman (50), seniman yang juga anggota staf Dinas Pariwisata Subang.
Di Kabupaten Subang, sisingaan tumbuh dan berkembang karena apresiasi masyarakat sangat tinggi. Seni ini biasanya ditanggap keluarga yang menggelar hajat khitanan untuk anak-anaknya. Pelaku seni sisingaan ikut terhidupi sehingga kreativitasnya juga tumbuh mengikuti perkembangan masyarakat.
Jika pada awalnya hanya satu sisingaan yang diusung empat orang, kini muncul sisingaan titingi dengan empat singa sekaligus dan dilengkapi layar panjang seperti titingi (binatang kaki seribu). ”Itu adalah hasil inovasi seniman di Subang,” ujar Ukat Mulyana (74), seniman sisingaan Desa Tambakmekar, Subang.
Yaya Cibung (41), pengusung sisingaan, menyatakan, dari setiap pergelaran ia mendapat honor Rp 150.000. ”Kalau musim ramai, seminggu bisa dua kali manggung,” ujar salah satu dari 40-an anggota kelompok sisingaan Setiawargi pimpinan Ukat Mulyana.
Pada pergelaran Sabtu, sisingaan menjadi suguhan utama seni tradisi di Jalancagak, Subang. Selain mampu mengundang sponsor swasta yang membiayai seluruh pagelaran, atraksi seni juga menimbulkan efek ganda berupa banyaknya pedagang yang mencari nafkah. ”Ini adalah pergelaran ke-13 di semua kabupaten di Jabar,” ungkap Robby Sundawani, penggiat seni Sunda di Jabar.
Camat Jalancagak Nana Mulyana menambahkan, pada hari besar kenegaraan, pemda selalu menampilkan seni sisingaan. Selain untuk menghibur warga, upaya itu dimaksudkan melestarikan seni tradisional.
Sumber: http://travel.kompas.com