Surabaya - Untuk kedua kalinya Banyuwangi Batik Festival (BBF) kembali digelar di Kabupaten Banyuwangi. Puncak acara bakal diisi peragaan busana batik yang dibawakan sejumlah aktris dan model.
Puncak BBF digelar pada 20 September mendatang di Gelanggang Seni dan Budaya (Gesibu) Banyuwangi. Pergelaran BBF di daerah berjuluk 'The Sunrise of Java'adalah upaya menumbuhkembangkan kekayaan budaya lokal, khususnya untuk mengeksplorasi khazanah kekayaan batik lokal.
"Saat daerah lain bersemangat membawa tema budaya luar atau global ke tingkat lokal, kami justru membawa tema budaya lokal ke level global. Salah satunya lewat Batik Festival ini," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjelang pembukaan Muktamar PKB di Surabaya, Minggu (31/8/2014).
Bupati muda itu mengatakan, batik bukan lagi dianggap bagian dari gaya lawas, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masa kini. Kondisi tersebut menjadikan batik sebagai tren, apalagi setelah UNESCO menetapkannya sebagai warisan budaya dunia.
"Tren ini harus dijawab dengan keseriusan semua elemen untuk mendorong pengembangan batik, baik dari sisi desain, kemasan event, maupun aspek ekonominya," kata pria berkacamata ini.
Event BBF tahun lalu mengeksplorasi motif 'Gajah Oling'. Tahun ini akan mengangkat motif 'Kangkung Setingkes'. Motif ini adalah satu dari 44 motif batik Banyuwangi yang paling mudah ditemui setelah motif batik 'Gajah Oling'.
Pemilihan motif 'Kangkung Setingkes' sebagai tema utama juga tidak bisa dilepaskan dari filosofinya yang mendalam. Desainer batik ternama Indonesia, Priscila Saputro, terlibat langsung membidani lahirnya karya-karya busana batik Banyuwangi yang ditampilkan dalam BBF.
"Setelah dipetik, biasanya tanaman kangkung diikat atau ditingkes agar mudah dibawa atau dijual. Pengalaman ini dituangkan dalam motif batik oleh masyarakat dengan nama kangkung setingkes yang bermakna kerukunan, kesatuan, persatuan dan kebersamaan membangun Banyuwangi," urai bupati berusia 41 tahun itu.
Sumber: http://news.detik.com