Jakarta - Tahun depan, Suriname akan memperingati 125 tahun migrasi penduduk Jawa ke negara yang terletak di Afrika Selatan tersebut. Sementara itu 60 tahun lalu, adalah pemulangan terakhir para pekerja Jawa ke tanah air.
Untuk mengingat momen ini, Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis menggelar Suriname Java Festival. Festival yang terbuka untuk umum ini diselenggarakan di Erasmus Huis Jakarta, pada 20 September 2014 mendatang.
"Masyarakat Indonesia, terutama kaum mudanya, tidak banyak yang mengetahui tentang Suriname. Karena itu kami mengadakan festival ini," ujar Ineke de Hoog, Wakil Kepala Bagian Pers dan Kebudayaan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda, dalam konferensi pers di TeSate Menteng, 11 September 2014 lalu.(Baca : Suriname Lirik Investor Asal Jawa)
Salah satu tamu yang akan hadir adalah Sherwin Alexander dan Jethro Wirht. Keduanya adalah koki ternama Suriname, yang menggondol gelar Juru Masak Terbaik pada kejuaraan 'Taste of Caribean' di Miami pada Juli lalu. "Mereka akan memasak beberapa macam panganan Suriname untuk sekitar 150 porsi," ujarnya menambahkan.
Mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta akan membantu kedua koki ini dalam menyiapkan makanan. Selain menghadirkan kuliner, acara ini juga akan diisi dengan pertunjukkan musik oleh band Suriname @Six dan Steelwave. Mereka akan menghadirkan musik lintas genre, dari musik Latin, R&B, musik India, hingga Pop Jawa. Salah satu vokalis yang didatangkan adalah Aida Amatstam, yang berdarah Jawa.
Di hari yang sama akan dibuka eksibisi Stille Pasenten, yang akan memamerkan foto perpindahan penduduk Jawa ke Suriname dan kondisi masyarakat keturunan Jawa di Suriname dan Belanda saat ini. "Ada sekitar 75 foto yang akan dipamerkan," ujar Ineke menambahkan.(Baca : Ditemukan, Spesies Baru Katak dan Kumbang Suriname)
Pameran yang akan berlangsung hingga 15 November mendatang ini, akan menjelaskan akar sejarah masyarakat Jawa di Suriname. Setelah penghapusan perbudakan berlaku, para budak di negara tersebut kemudian meninggalkan perkebunan, sehingga terjadi paceklik tenaga kerja.
Belanda yang menguasai Suriname kala itu, kemudian mengirim tenaga kontrak dari Jawa untuk mengatasinya. Setelah kontrak selesai, sebagian dari tenaga kerja asal Jawa ini memilih bermukim di Suriname.
Sumber: http://www.tempo.co