Pekanbaru, Riau - Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan kunjungan kerja ke Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Senin (22/9/2014). Kunjungan itu dimaksudkan untuk mempelajari adat istiadat dan penyelenggaraan upacara tradisi melayu.
Rombongan yang dipimpin Emiliana Yuliati dan Valentina Anggraini disambut langsung oleh Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAM Riau, Tennas Effendi dan Ketua Dewan Pengurus Harian (DPH) LAM Riau Al Azhar beserta tokoh Riau lainnya.
Dalam kesempatan ini, Al Azhar memperkenalkan LAM kepada rombongan Sekretariat Pemko Yogyakarta. Dimana, LAM Riau sudah berusia 44 tahun hingga sekarang. Gagasan dibentuknya LAM Riau berawal dari kekhawatiran tokoh Riau akan pudarnya kebudayaan melayu.
"Agar kebudayaan ini tetap utuh, maka tokoh-tokoh Riau berembuk untuk mendirikan LAM Riau," ujar Al Azhar.
Sebelum berbicara adat istiadat, Al Azhar menerangkan geografis Provinsi Riau. Dimana, saat ini terdapat empat sungai besar yang membentang. Keempat sungai tersebut memiliki sejarah masing-masing dan menjadi kebanggaan masyarakat sekitar.
Adapun empat sungai yang dimaksud yakni Sungai Siak, Sungai Rokan, Sungai Kampar dan Sungai indragiri atau Batang Kuantan. "Tiga sungai diantaranya berhulu di Bukit Barisan, sementara Sungai Siak hanya berhulu di rawa-rawa," katanya.
"Empat sungai ini yang menjadi jalur transportasi ke dunia internasional. Sebab, keempatnya bermuara ke Selat Melaka," terang Al Azhar.
Sementara itu, ketua rombongan Pemko Yogyakarta Emiliana Yuliati menyatakan ingin mengetahui terkait dengan kegiatan yang dilakukan LAM Riau. "Kami ingin banyak belajar di LAM Riau, supaya ilmu kami bertambah," ujarnya.
"Dari pemaparan Pak Al Azhar, mengingatkan kami akan pelajar waktu SD. Dimana, ada tiga sungai yang harus selalu kami ingat, yakni sungai Siak, Rokan dan Kampar," urainya. Emiliana datang bersama 14 orang lainnya.
Dikatakan Emiliana, pemilihan Riau sebagai tempat belajar tentang adat istiadat melayu, dikarenakan Yogyakarta juga memiliki adat istiadat. "Kalau disana, kami selalu terlibat dalam kegiatan adat," katanya.
Selanjutnya, Ketua MKA LAM Riau Tenas Effendi memaparkan adat istiadat di Riau. Dimana, adat bersendi syara', syara' bersendi kitabullah. Artinya, adat istiadat yang ada di Riau dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai syariat agama Islam.
Dari segi pergaulan, masyarakat melayu sangat terbuka dengan suku bangsa lain. Keramahtamahan itu sudah ada sejak zaman dahulu, sehingga saat ini masyarakat Riau menjadi majemuk. "Seluruh suku bangsa ada di Riau," kata Tenas.
"Meski beragam, kami tetap menghimbau agar masyarakat mari bersama-sama membangun Riau. Sebab, di Riau ada pepatah mengatakan 'Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung'," jelas Tenas.
Selain itu, LAM Riau memiliki hubungan erat dengan Yogyakarta. Hal itu dibuktikan dengan diberinya Sultan Hamengkubuwono gelar kehormatan melayu, Sri Amanah Dwi Wangsa pada 26 Juni 2013.
"Pemberian gelar tersebut didasarkan atas jasa-jasanya terhadap warga Riau yang sedang belajar di Yogyakarta," ujar Tenas. Hingga saat ini, sudah tujug orang yang mendapat gelar kehormatan Melayu, salah satunya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sumber: http://www.goriau.com