Yogyakarta - Tenaga didik dari Garran Primary School, Australia, yakni sekolah setingkat SD di Indonesia, giliran belajar mengenal kebudayaan di DIY.
Mereka mengaku senang mendapat kesempatan mengenal tata manajemen pendidikan, kemajuan seni dan pariwisata, hingga pertanian tradisional.
Peserta program pertukaran guru Indonesia-Australia SD Wonosari Baru 2015, Kuntari Puspandari, mengatakan, program pertukaran guru Indonesia-Australian merupakan program bernama Building Relationship through Intercultural Dialogue and Growing Engagement (bridge).
Menurutnya, program tersebut menjadi kesempatan sekolah untuk saling berbagi ilmu pendidikan.
“Khusus untuk anak-anak didik SD Wonosari Baru jelas mendapat kesempatan bagi anak-anak bisa praktik langsung percakapan bahasa Inggris. Ini penting untuk mengasah kemampuan anak bisa praktik langsung bahasa Inggris dengan warga asing,” kata Puspandari, guru mata pelajaran bahasa inggris di SD Wonosari Baru, Kabupaten Gunungkidul, Jumat (17/4/2015).
Menurut Puspandari, program pertukaran guru atas fasilitasi Asia Education Foundation (AEF) dalam dua pekan menjadi kesempatan dua guru dan wakil kepala sekolah Garran Primary School, Shellee Young dan Sharon Fellows, untuk belajar tata kelola pendidikan dan mengenal kebudayaan di Indonesia.
Tempat wisata seperti pantai, goa dan kelompok seni, juga tak terlewatkan. “Sampai becak hias di Alun-Alun Wonosari saja dicoba dan juga menyaksikan pertanian tradisional,” ungkap guru yang sebelumnya mewakili Indonesia ke Australia selama tiga pekan tersebut.
Kedatangan guru Australia selama hampir dua pekan di Gunungkidul juga menyempatkan menemui sejumlah pejabat Dinas Pendidikan di Gunungkidul.
“Paling terkesan menurut kami adalah bisa mengetahui pola cocok pertanian tradisional yang menyenangkan. Dan juga terkesan keramahan warga Gunungkidul,” imbuh Shellee Young seperti diterjemahkan Puspandari.
Program pertukaran guru SD Indonesia dan Australia ini sebelumnya mengirim beberapa perwakilan guru se DIY ke Australia untuk menyerap ilmu pendidikan dan mengenal kebudayaan lokal. Selain Puspandari selaku guru mata pelajaran bahasa Inggris, guru wali kelas 5 SD Wonosari Baru, Prapta Triyana juga terpilih mengikuti program ini.
Program serupa berjalan di Kabupaten Bantul. Di bumi Projotamansari ini, guru Australia, Andrew Rogerson dan mas Renae Harman belajar kebudayaan dan seni.
Didampingi dua peserta program pertukaran guru dari Bantul, Subarno dan Maryati, guru negeri kanguru itu fokus belajar tari, karawitan hingga mengenal daerah industri kerajinan yang banyak terdapat di Bantul.
“Kita berharap program seperti ini masih terus dipertahankan. Bisa menambah pengalaman guru, juga mendapat positif bagi anak-anak belajar dan interaksi langsung warga asing,” pungkas Puspandari.
Sumber: http://www.solopos.com