Pontianak, Kalbar - Kepolisian Resort Kota Pontianak mengerahkan 880 personil polisi untuk pengamanan festival meriam karbit tahun 2015, di sepanjang Sungai Kapuas Pontianak, kata Wakapolresta Pontianak AKBP Veris Septiansyah.
"Kami siap mengamankan kelancaran festival meriam karbit yang merupakan permainan tradisional masyarakat Melayu Pontianak dalam menyambut atau memeriahkan malam takbiran," kata Veris Septiansyah di Pontianak, Senin (13/7).
Ia menjelaskan pihaknya mulai mengamankan festival meriam karbit mulai H-3 hingga H+3 Lebaran 2015.
"Kami akan menyebar petugas kepolisian di titik-titik permainan meriam karbit. Pengamanan ini sebagai antisipasi gangguan kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) yang mungkin terjadi, baik di luar lingkungan permainan meriam maupun di lokasi lainnya," ungkapnya.
Veris menambahkan, pihaknya meminta kepada pihak panitia dan para pemain meriam karbit agar diberikan tanda khusus sebagai pengenal.
"Dengan tanda pengenal khusus itu, maka kami dengan mudah membedakan para panitia, pemain dan oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab," kata Veris.
Wakapolresta Pontianak mengimbau kepada masyarakat Kota Pontianak agar tertib dalam memainkan meriam karbit tersebut sehingga, festival meriam karbit berjalan dengan lancar sesuai harapan semua pihak.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pontianak Hilfira Hamid menyatakan ada sebanyak 308 buah meriam karbit dari 53 kelompok meriam karbit di Kota Pontianak siap memeriahkan malam takbiran di Kota Pontianak.
"Kami berharap agenda tahunan yang sudah dikemas lebih menarik dari tahun-tahun sebelumnya bisa menarik minat wisatawan, baik tingkat nasional dan mancanegara untuk berkunjung ke Kota Pontianak," ungkapnya.
Apalagi, menurut dia, festival meriam karbit setiap malam takbiran sudah menjadi agenda tahunan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pontianak, sehingga akan lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara.
Tradisi membunyikan meriam sudah dilakukan sejak sultan pertama Pontianak, yakni pendiri Kota Pontianak Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri tahun 1771 Masehi. Pada saat itu Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri dan rombongan menembakkan meriam berpeluru sebanyak dua kali, kata Hilfira.
Pada saat peluru pertama jatuh di tengah hutan belantara, maka disitulah dijadikan lokasi pendirian Istana Kadriah, dan tembakan kedua atau tepatnya peluru kedua mendarat sebagai penanda lokasi pendirian Masjid Jami‘ Kesultanan Pontianak yang kini letaknya tidak begitu jauh.
Selain itu, sewaktu itu, meriam dibunyikan sebagai tanda awal datangnya bulan suci Ramadhan, dan juga sebagai tanda berakhirnya bulan Ramadhan, yang hingga kini menjadi tradisi masyarakat Melayu Kota Pontianak dalam menyambut dan memeriahkan malam takbiran, katanya.