Indramayu, Jabar - Budaya dan produk unggulan Kabupaten Indramayu disajikan kepada khalayak dalam Festival Tjimanoek tahun 2016 ini. Pergelaran yang dipastikan menjadi agenda tahunan ini diyakini dapat mengungkit jumlah wisatawan ke daerah di pantai utara Jawa Barat itu.
Festival yang dilaksanakan di ”kota mangga” itu diselenggarakan terkait dengan Hari Jadi Ke-489 Kabupaten Indramayu.
Salah satu rangkaian Festival Tjimanoek yang mengangkat seni budaya daerah adalah pawai 1.000 gadis ngarot. Pawai yang identik dengan gadis berkebaya, mengenakan riasan, serta bermahkota bunga itu disambut antusias ribuan wisatawan lokal dan luar Indramayu, Minggu (9/10/2016).
Pengunjung yang kebanyakan datang bersama keluarga memadati jalan protokol Indramayu sejak pagi hingga siang hari. Mereka berebut tempat ternyaman untuk menangkap wajah ayu gadis ngarot. Tak sedikit wisatawan yang harus memanjat pagar demi memotret pawai itu. Kemacetan lalu lintas pun sempat terjadi.
”Upacara ngarot sekarang lebih meriah. Banyak orang luar Indramayu yang datang. Dulu, 1980-an, ngarot tidak seramai ini,” ujar Sri Indah (65), warga Indramayu yang datang bersama anak dan dua cucunya.
Upacara ngarot yang ditandai penaburan benih padi oleh perempuan ke sawah merupakan tradisi asal daerah Lelea, Indramayu, sejak abad ke-16 Masehi.
Namun, dua tahun terakhir dalam perayaan Hari Jadi Indramayu, tradisi yang diikuti oleh pelajar dari sejumlah desa di Indramayu tersebut disajikan di pusat kota.
”Begini cara kami memberitahu kepada wisatawan tentang potensi Indramayu dalam seni budaya,” ujar Bupati Indramayu Anna Sophanah di sela-sela pawai 1.000 gadis ngarot. Seni budaya khas Indramayu, lanjut Anna, menjadi modal menarik wisatawan.
Dibandingkan tahun lalu, menurut Anna, festival kali ini lebih meriah karena diikuti delapan kabupaten dan kota, antara lain Kota Bogor dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Daerah-daerah itu juga menampilkan seni budaya khas masing-masing.
”Mereka tertarik dengan potensi Indramayu dan ingin ikut berpartisipasi,” ujarnya.
”Pawai ngarot ini sebagai tanda untuk mengharapkan Indramayu dalam kondisi subur. Makanya, ada 1.000 gadis. Festival Tjimanoek ini bukan tanpa makna,” tambah Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Indramayu Odang Kusmayadi.
Gedong gincu
Selain arak-arakan 1.000 gadis ngarot, sekitar 3 ton mangga gedong gincu, komoditas unggulan Indramayu, juga dibagikan kepada wisatawan.
Mangga-mangga itu dipikul ratusan pemuda yang mengikuti pawai. Ini untuk memperkenalkan mangga gedong gincu sebagai produk unggulan. Tahun 2015, produksi mangga gedong gincu di Indramayu lebih dari 71 ton.
Menurut Odang, sejak pertama kali Festival Tjimanoek mulai diselenggarakan tahun 2015, jumlah wisatawan yang datang ke Indramayu semakin meningkat. Festival yang digelar dua pekan lebih itu dinilai dapat membuat wisatawan tinggal lebih lama di Indramayu.
Berdasarkan data statistik daerah Indramayu, pada 2014 tingkat hunian hotel mencapai 71 persen. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2012 yang hanya 67 persen.
”Dalam catatan kami, tahun 2015 wisatawan mencapai sekitar 500.000 orang. Tiga tahun sebelumnya hanya berkisar 200.000 wisatawan,” ujar Odang.
Angka itu memang masih lebih rendah dibandingkan dengan kunjungan wisatawan ke Kota Cirebon yang lebih dari 600.000 orang pada tahun 2015, dan ke Kabupaten Kuningan yang mampu mencapai lebih dari 1 juta wisatawan pada tahun yang sama.
Odang menyebutkan, lokasi Indramayu tidak strategis karena sekadar dilalui pengendara. Apalagi, beroperasinya Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) membuat pengendara tidak lagi melintasi jalur pantura.
Padahal, Indramayu yang berjarak sekitar 3 jam perjalanan menggunakan mobil dari Ibu Kota Jakarta memiliki kekayaan seni budaya seperti upacara mapag sri untuk menyambut musim panen dan nadran, upacara sedekah di laut oleh nelayan.
Selain itu, wisata alam juga tersedia, seperti Pulau Biawak, wisata mangrove Karangsong, dan Pantai Tirtamaya yang menjadi salah satu arena PON Jabar 2016.
Agenda tahunan
Odang menegaskan, Festival Tjimanoek akan menjadi agenda tahunan dan program unggulan Indramayu dalam menarik wisatawan.
”Selanjutnya, kami akan lebih gencar mempromosikan ini untuk menarik minat wisatawan mancanegara,” ujar Odang, yang mengakui minimnya wisatawan mancanegara berkunjung ke Indramayu.
Karena itu, pihaknya berupaya menambah rangkaian acara yang menjadi ciri khas Indramayu.
Selain pawai ngarot, Festival Tjimanoek juga berisi antara lain kirab dan pameran pusaka peninggalan Raden Arya Wiralodra, pendiri Indramayu, serta parade wayang dolanan. Pusaka berumur ratusan tahun itu hanya dipamerkan dan diarak setahun sekali, yakni saat ulang tahun Indramayu.
Festival Tjimanoek juga menjadi ajang untuk mendekatkan masyarakat setempat dengan Sungai Cimanuk yang membelah pusat kota Indramayu sebagai daerah hilir sungai. Di Taman Sungai Tjimanoek, misalnya, dilaksanakan festival kali bersih. Sejumlah kegiatan lain juga digelar di sekitar sungai.
Menurut Yohanto A Nugraha dari Dewan Kesenian Indramayu, seni budaya Indramayu seharusnya tidak hanya ditampilkan secara momentum, tetapi juga diajarkan kepada generasi muda Indramayu.
”Perayaan Hari Jadi Indramayu sudah dimulai tahun 1977. Namun, setiap tahun selalu sama, sajian seni budaya hanya instan,” ujarnya.