Lestarikan Seni Budaya, warga Oelunggu Berlatih Gong Rote

Oelunggu, NTT - Untuk melestarikan seni dan budaya asli, alat musik tradisional Gong Rote, sejumlah warga desa Oelunggu, kaum tua maupun muda, selama kurang lebih dua jam ini mempelajari bagaimana berlatih irama alat musik gong dan tambur, serta mempelajari jenis notasi pada tarian yang diiringi oleh alat tersebut. gong-rote Rote Ndao.

Untuk mempelajari bagaimana memukul gong dan menabu tambur, beberapa warga dilatih salah seorang instruktur, Salmun Muskanan mengatakan dalam kesenian gong, ada 9 jenis gong dengan peruntukkan bunyi masing – masing dan 1 berupa gendang atau disebut tambur.

“Untuk jumlah penabuh gong sebanyak 7 orang yakni 6 pada gong dan 1 sebagai penabuh tambur,” ujar Muskanan kepada ROOL, Senin (26/9) malam.

Ia mengakui, memang saat ini banyak anak muda yang sudah tidak mengetahui kesenian gong sehingga ketika diminta oleh pihak desa, dirinya bersedia untuk melatih. Terkait kesulitan dalam melatih, ia,menyampaikan hal tersebut terkait melatih kepekaan bunyi yang diselaraskan dengan jenis tarian yang akan diiringi.

“Saya senang melatih mereka, apalagi melihat ketekunan mereka dalam mempelajari seni budaya,” katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Oelunggu, Yonatan Tulle kepada ROOL menyampaikan kesenian gong merupakan salah satu alat musik tradisional yang berkembang di Rote Ndao. Kondisi saat ini, sudah semakin berkurang orang- orang yang memiliki kemampuan memainkan musik gong sebagaian besar pemain kesenian musik gong sudah berusia tua.

Melihat kondisi yang mengkhawatirkan ini, pihak desa kemudian bersepakat untuk melaksanakan program kerja berupa pelestarian kesenian musik gong. Yonatan Tulle mengatakan, latihan sudah berjalan kurang lebih 1 bulan dan ditargetkan selama 1 setengah bulan.

Usai latihan, pihak desa akan memilih pemuda yang sudah memiliki pemahaman terkait musik gong untuk dibina lebih dalam pada sanggar musik yang akan dibentuk oleh pihak desa. Lanjut Tulle, peserta latihan kesenian terbuka untuk semua umur, pihak desa juga menyiapkan pelatih sebanyak 2 orang yakni satu dari warga desa dan satu dari desa tetangga serta dibantu 4 tokoh masyarakat yang juga mampu memainkan alat musik gong.

Terkait waktu latihan, Tulle mengatakan, waktu pelatihan berlangsung setiap minggu, yakni pada setiap hari Senin, Kamis dan Sabtu malam. Pihak desa, pada tahun 2017 mendatang juga akan menganggarkan untuk pembelian 1 set alat musik kesenian gong. Saat ini, alat musik gong yang digunakan, masih disewa dengan dana dari pihak desa.

“Tahun depan dari Desa dan BPD akan musyawarah untuk anggarkan pembelian alat musik kesenian gong” ujar Tulle.

-

Arsip Blog

Recent Posts