Soppeng, Sulsel - Soppeng, Sulawesi Selatan (Sulsel), tak hanya dikenal sebagai daerah pegunungan yang subur. Kabupaten yang dikenal sebagai daerah sarang kelelawar tersebut memiliki budaya yang masih terjaga kelestariannya.
Satu di antara budaya yang dimaksud adalah pattaungeng. Ritual adat yang terkenal sakral ini digelar saban tahun jika kekeringan melanda wilayah Soppeng.
Seperti yang digelar pada Kamis, 6 Oktober 2016, warga bersama Pemerintah Kabupaten Soppeng melaksanakan ritual adat pattaungeng di sumber mata air Ompo. Satu-satunya sumber air yang dimanfaatkan masyarakat Soppeng untuk memenuhi kebutuhannya.
Namun, mata air Ompo mulai mengering. Lantaran itulah, warga Soppeng menggelar ritual adat pattaungeng yang merupakan kearifan lokal warisan leluhur Kerajaan Soppeng.
Dalam ritual itu, masyarakat akan mempersembahkan kepala sapi yang diletakkan di kotak bambu dan di dalamnya turut diberi sesajen. Tak hanya itu, saat ritual tersebut dihadirkan sejumlah makanan khas masyarakat Bugis Soppeng beserta tiga nasi berbahan pokok ketan, yakni beras ketan hitam, putih, dan merah.
Warga Soppeng, Sulsel, melaksanakan ritual adat pattaungeng saat kekeringan melanda daerah mereka. (Liputan6.com/Eka Hakim)
Kepala Sapi dan beberapa sesajen termasuk tiga warna nasi dari beras ketan itu kemudian dilarung ke Sungai Ompo dengan tujuan sebagai penghormatan kepada roh leluhur. Terlibat dalam prosesi sakral itu tokoh adat yang dikenal sebagai orang pintar di kampung tersebut.
Wakil Bupati Soppeng Supriansyah Mannahawu yang hadir pada kegiatan adat ini pun memberikan apresiasi. Menurut dia, Pattaungeng Ompo merupakan tradisi yang patut dilestarikan.
"Ritual ini sejak dulu memang sudah dilakukan oleh nenek kita, jadi saya harap tidak dikaitkan dengan hal-hal lain. Karena ini murni sebagai upaya melestarikan adat istiadat yang ada di Kabupaten Soppeng," kata dia.
Warga Soppeng, Sulsel, melaksanakan ritual adat pattaungeng saat kekeringan melanda daerah mereka. (Liputan6.com/Eka Hakim)
Adapun berkurangnya debit air di kawasan wisata alam Ompo, menurut Supriansyah, disebabkan banyak faktor. Di antaranya saat ini sumber mata air Ompo bertambah fungsi, yakni dijadikan konsumsi masyarakat melalui pipa Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM). Padahal, sebelumnya, hanya digunakan untuk permandian saja.
"Saat ini air Ompo dialirkan ke masyarakat Soppeng, jadi wajarlah jika debit air Ompo mulai berkurang. Semoga tradisi pattaungeng yang kita laksanakan ini membawa banyak kebaikan dan terjaga sampai generasi selanjutnya," Wakil Bupati Soppeng itu memungkasi.
Sumber: http://regional.liputan6.com