Jakarta - Angklung tidak saja enak didengar sebagai seni hiburan. Alat musik khas Indonesia itu pun menarik dipelajari. Bahkan, para mahasiswa Italia di Ibu Kota Roma terlihat sangat antusias ketika angklung diperkenalkan di ruang perkuliahan mereka. Para mahasiswa itu mengakui, mempelajari seni budaya Indonesia lewat alat musik merupakan medium yang sangat menarik untuk diikuti.
Antusiasme itu tampak pada hari pertama masa perkuliahan semester baru bagi mahasiswa jurusan Musikologi di Universitas La Sapienza, Roma, Senin 3 Oktober 2016. Mengawali kuliah hari itu, Ketua Jurusan Profesor Giovanni Giurati bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Roma mengundang tim Rumah Angklung dari Jakarta untuk menggelar lokakarya sederhana dalam rangka menjelaskan mengenai instrumen angklung kepada mahasiswanya.
Sekitar 40 mahasiswa dan beberapa profesor musik hadir dengan penuh antusias memenuhi ruangan kelas yang dikelilingi dengan rak buku dan referensi musikal ini. “Para mahasiswa mendengarkan dengan seksama dan mencatat baik pesan dari Prof. Giovanni, seorang ahli musikologi tradisional, mengenai angklung yang menjadi elemen penting dalam dialog antar-budaya,” ungkap Charles Ferdinand Hutapea, Konselor Penerangan, Sosial, dan Budaya (Pensosbud) dari KBRI Roma hari ini.
Pada kesempatan itu, Daniele Salvatore, seorang alumni jurusan ini kemudian memaparkan hasil penelitiannya mengenai angklung saat ia mengambil gelar Master di Institut Seni Indonesia (ISI) di Yogyakarta. Kepada para mahasiswa dari universitas dengan jumlah mahasiswa terbesar di Eropa dan juga salah satu yang tertua (didirikan tahun 1303) itu, Danielle menjelaskan mengenai sejarah, karakteristik dan kekhasan alat musik tradisional dari Jawa Barat ini.
Tim Rumah Angklung kemudian memandu para mahasiswa untuk belajar bermain angklung dalam sesi angklung interaktif. Putri, sang instruktur, mengajarkan mulai dari cara membunyikan, kemudian memainkan nada do, re, mi hingga para mahasiswa ini berhasil memainkan lagu Italia “O Sole Mio” dan “We Are the World”.
Putri juga menjelaskan bahwa instrumen angklung memiliki filosofi sebagai simbol kerja sama dan harmoni yang semuanya berasal dari alam.
Sekalipun angklung merupakan instrumen tradisional, para pemuda yang kreatif dari Rumah Angklung juga menggunakan bantuan sequencer dan music programming untuk memperkaya warna dalam tampilan mereka.
“Mulanya para mahasiswa masih belum terbiasa memainkan instrumen ini. Namun kemudian, ‘Bellisimo!’ ucap para mahasiswa dan para profesor musik ini sambil bertepuk tangan setelah mereka berhasil memainkan lagu secara bersama-sama,” kata Charles.
Mahasiswa Italia di Roma belajar bermain alat musik angklung
Dia pun menjelaskan kepada para mahasiswa La Sapienza bahwa grup Rumah Angklung (Casa d’Angklung) adalah komunitas para pemuda pecinta angklung di Jakarta. Kekuatan dari berkembangnya berbagai komunitas ini pula yang kemudian membuat angklung berhasil dicatatkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia pada tahun 2010.
Partisipasi Rumah Angklung Indonesia adalah hasil kerja sama KBRI Roma dan Direktorat Jenderal Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, serta bagian dari Pekan Budaya Indonesia di Italia (Settimane della Cultura Indonesiana in Italia). Program ini dikelola secara terpadu oleh KBRI Roma bekerja sama dengan berbagai pihak dan dilaksanakan di sejumlah kota di Italia.
Kini, angklung tak hanya menjadi instrumen untuk menghibur hati dan rasa semata, tapi juga menjadi salah satu elemen penting dalam diplomasi budaya Indonesia, yang mengedepankan pesan perdamaian, kerja sama dan harmoni.
Sumber: http://life.viva.co.id