Oleh: Irma Tambunan
KOMPAS 3 Mei 2007
“Aku ingin semua teman rimba bisa baca tulis dan hitung, supaya tidak ada lagi yang menipu mereka,” ujar Jujur, 17, salah seorang anak rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas.
Jujur adalah salah satu dari 5 anak rimba yang menuliskan 10 kisah anak rimba atau Suku Anak Dalam yang dibukukan Komunitas Konservasi Indonesia Warsi. Buku berjudul Kisah-kisah Anak Rimba setebal 80 hal, lengkap dengan gambar-gambar berwarna. Awalnya, anak-anak itu hanya ingin belajar membaca dan menulis agar komunitas mereka tidak lagi diremehkan sebagai orang terbelakang, bodoh, tidak beradab, kudisan oleh orang luar rimba. Meski fasilitas di hutan sangat minim, mereka tekun belajar.
Bahkan Jujur juga sudah terlatih untuk menjadi guru bagi anak-anak rimba. “Saya yakin, kalau anak rimba mau belajar, kami akan lebih dihormati. Saya berharap selalu ada anak rimba yang menjadi guru di hutan kami.”
Kini, Jujur dan teman-temannya patut berbangga, sekalipun tidak mengenyam pendidikan formal, mereka tetap dapat mencapai kemampuan baca, tulis, dan hitung yang setaraf. Bahkan telah menghasilkan buku cerita. “Saking semangatnya, aku menulis dua cerita sekaligus hanya dalam semalam. Suatu saat nanti, aku akan punya buku yang berisikan hasil karya saya sendiri,” katanya. Jujur menulis tentang “Hantu Benor” dan “Manusia jadi Gajah”. Ejam, temannya menulis tentang “Biawak Jadi Menantu Raja”.
Jujur dan 226 orang lainnya secara bertahap telah mendapatkan pendidikan alternatif gagasan KKI. Mereka tidak belajar di dalam kelas, tetapi di atas kayu-kayu kecil, beratap terpal tanpa dinding, di bawah pohon rindang di dalam hutan. Mereka juga tidak mengenakan seragam sekolah. Ada sebagian yang masih mengenakan cawat (anak laki) atau kain kemben (anak perempuan).
Waktu belajarnya pun disesuaikan dengan kemauan dan ketersediaan waktu mereka. Ketika pagi hari mereka membantu orangtuanya mengumpulkan makanan. Sekolah baru akan dimulai setelahnya. Saat belajar, mereka juga tidak swelalu duduk manis. Kadang lesehan atau bahkan sambil tiduran. Hasrat yang kuat membuat mereka betah belajar sampai malam meski hanya ditemani cahaya lilin.
Sumber: http://aeiou-aeiou.blogspot.com