Menahan Laju Malaysia?

Oleh : Indra Jaya Piliang

Malaysia adalah negara yang sedang mengalami transisi demokrasi dan pertumbuhan ekonomi yang baik.Transisi di Malaysia ditandai dengan kemenangan sejumlah partai oposisi di lima negara bagian di Malaysia dalam pemilu lalu.

Kedigdayaan Barisan Nasional, sebagai kelompok politik yang lama berkuasa, seakan diruntuhkan kekalahan terbesar itu. Namun, sekalipun menghadapi persoalan transisi demokrasi itu, unjuk gigi kemampuan ekonomi Malaysia tetap bertahan di Indonesia. Hal itu ditandai dengan kepemilikan perusahaan-perusahaan Malaysia, baik pemerintah ataupun swasta, atas sejumlah perusahaan Indonesia.

Astro TV, Lippo Bank, Petronas, Air Asia, Bank Niaga,dan banyak sekali perusahaan konstruksi dan perkebunan adalah contoh dari keberhasilan itu. Malaysia sudah masuk ke ruang pribadi lewat televisi,lewat jembatan udara berupa pesawat udara,bahan bakar fosil yang diisi di jalanan, sampai kepada minyak yang digunakan memasak oleh ibu-ibu.

Pada sisi lain,terdapat masalah yang berlangsung sepanjang tahun lalu berupa kontroversi atas sejumlah (artifak) budaya Indonesia, sebuah kebudayaan yang berakar dalam keindonesiaan. Itu yang menyebabkan munculnya klaim Malaysia atas lagu Rasa Sayange sampai kepada model yang sama atas lagu Kotabaru. Sekalipun begitu, kita harus ingat, sebagaimana dikatakan Tony Thwaites (2002),bahwa budaya adalah sekumpulan praktik-praktik sosial tempat makna dihasilkan, disebarkan,dan dipertukarkan.

Budaya adalah aspek sosial yang terkait makna. Tentu saja ada banyak aspek sosial lainnya yang terkait hal lainnya (ekonomi, hukum, pemerintahan, pendidikan, dan lain-lain).Namun,dalam beberapa pengertian,budaya tampaknya merupakan sesuatu yang sangat mendasar. Setidaknya dapat dibayangkan masyarakat seperti apa yang terbentuk tanpa adanya uang, eksploitasi, pemerintahan, atau semacamnya.

Namun, sangat sukar dimengerti bila ada masyarakat yang tidak menghasilkan dan menyebarkan makna. Budaya sebetulnya tidak memiliki tanah tempat berpijak. Ia bergerak ke mana saja.Maka,ketika diskusi menyangkut klaim kebudayaan tertentu menghasilkan konflik yang tidak perlu,lagi-lagi persoalannya lebih kepada bagaimana kita memandangnya.

***

Di dalam negeri, sistem politik dalam lingkup negara federal memberikan kesempatan kepada partai-partai pembangkang menjadi berkuasa di sejumlah negara bagian.Hal inilah praktik riil dari apa yang dinamakan dengan politik lokal.Penguasaan itu tidak bisa disamakan dengan kemenangan sejumlah partai menengah atas partai besar dalam pilkada di Indonesia.Hanya pemenangnya yang berbeda,sementara program-program pemerintahan lokal belum tertentu berubah.

Pengaruh kemenangan dan kekalahan dalam pemilu Malaysia jauh lebih terasa daripada di Indonesia. Malaysia tidak hanya masuk lewat perusahaanperusahaan multinasional yang menanamkan investasi di Indonesia, tetapi juga lewat serbuan produk-produk makanan dan minuman kaleng di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Keandalan Malaysia, seperti halnya Singapura,adalah memerankan letak strategisnya di sebelah sebuah negara yang besar dari segi jumlah penduduk,tetapi miskin atas kreativitas. Sebagai negara tetangga, Malaysia lebih banyak menikmati keuntungan ketimbang Indonesia.Tetapi tunggu, apakah itu menjadi bagian dari persoalan “kerakusan” orang Malaysia atau memang karena “kemalasan” orang-orang Indonesia sendiri?

Sampai sejauh ini persoalan politik luar negeri Indonesia lebih diarahkan kepada negara-negara besar yang letaknya jauh, seperti China, Rusia, Jepang, Amerika Serikat, atau Uni Eropa. Konteks persaingan lebih banyak diletakkan pada kompetisi teknologi tinggi dengan negara-negara besar atau kaya secara ekonomi itu. Sementara itu, sedikit sekali kita menemukan cetak biru atas masa depan hubungan Indonesia dengan Malaysia, termasuk berkaitan dengan bagaimana memperlakukan investasi Malaysia di Indonesia atau sebaliknya.

Sepertinya semua hal berlangsung dalam mekanisme pasar. Saya kira hubungan Malaysia dengan Indonesia tidak bisa dilihat dari sisi konflik atau pengelolaan atas perbedaan, tetapi lebih banyak dalam bentuk koperasi dan sinergi.“Keunggulan” kelompok Melayu berada dalam konstitusi negara tidak sebanding dengan kelompok Melayu di Indonesia, terutama dari sisi komposisi atas jumlah penduduk yang beragam dari sisi etnis. Dengan Pancasila, Indonesia mencoba menjadi sebuah negara modern yang kemudian sibuk dengan urusan-urusan sendiri,seperti separatisme.

***

Laju perahu Malaysia terasa lebih cepat dari Indonesia. Ia menjadi negara yang lincah.Bukanberartitidakada masalah domestik, tetapi keunggulan dari segi sumber daya manusia akan bisa meredam konflik yang sifatnya menakutkan,misalnya kekalahan total kelompok penguasa dan kemenangan kalangan pembangkang dalam pemilu-pemilu berikutnya.

Pemerintah Indonesia juga tidak perlu merasa sedang berpacu dengan keberhasilan Malaysia di bidang ekonomi dengan cara membuat duplikasi program yang sama dengan Malaysia. Bagaimanapun, sistem politik dan pemerintahan di Indonesia berbeda dengan Malaysia. Kalau sebuah perusahaan publik didorong untuk berkembang di Indonesia, biasanya selalu saja ingin dilepaskan dari campur tangan pemerintah atau negara.Padahal, perusahaan-perusahaan Malaysia yang beroperasi di Indonesia banyak yang disokong secara penuh oleh pemerintahan federal dan negara bagian.

Harus ada satu panduan untuk menghadapi persaingan sehat dengan Malaysia itu, bukan dengan cara mengutuk Malaysia atau menjadikannya sebagai musuh. Yang paling tepat adalah mengembangkan secara sehat perusahaan-perusahaan nasional dengan prinsipprinsip good corporate governance, sekaligus menyusun strategi politik yang tepat agar program satu rezim tidak dibatalkan rezim berikutnya hanya karena perbedaan selera dan partai.

Sungguh tidak arif kita menghadapi dominasi Malaysia di sejumlah lini itu dengan sikap reaktif karena hanya akan membangkitkan sindrom pascakolonialisme dan penyakit kusta sebagai bangsa Inlander. Kita bukan sedang menahan laju Malaysia, melainkan membuat kendaraan yang lebih cepat agar bisa berpacu, bahkan mendahului Malaysia itu.(*)

-

Arsip Blog

Recent Posts