Meriah, Festival Perahu Baganduang

Kuansing, Riau - Pelaksanaan Festival Perahu Baganduang dan Prosesi Manjopuik Limau, yang menjadi tradisi dan budaya masyarakat Lubuk Jambi, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, Selasa (22/9) berlangsung meriah. Tradisi tahunan ini dihadiri Wakil Bupati Kuansing, Drs H Mursini MSi. Selain itu, dihadiri sejumlah Kabid di lingkungan Pemkab Kuansing, namun tak dihadiri satupun pejabat eselon II di lingkungan Pemkab Kuansing. Rombongan Wakil Bupati disambut para Penghulu Adat di Kenegerian Lubuk Jambi, Sekcam Drs Muradi serta masyarakat Kuantan Mudik yang memadati Tepian Muko Lobua, Desa Banjar Padang, Kecamatan Kuantan Mudik.

Saat pelaksanaan festival dan prosesi berlangsung, sempat terjadi kemacetan di jembatan Lubuk Jambi. Namun tak berlangsung lama, karena personel Polsek Kuantan Mudik dan Satpol PP Kuansing ikut membantu arus lalulintas kendaraan. Sebelum sampai ke lokasi, Wakil Bupati H Mursini di arak mengelilingi Sungai Kuantan dengan menggunakan Perahu Baganduang. Ketua Panitia Pelaksana, Drs Ahmad Kurdi Msi, menyebutkan, Kecamatan Kuantan Mudik memiliki potensi yang cukup besar. Salah satunya adalah Festival Perahu Baganduang dan prosesi Manjompuik Limau. Sehingga bisa dikembangkan sebagai objek pariwisata. Meski telah menjadi agenda pariwisata Riau, tetapi belum banyak berkembang.

Festival kali ini diikuti sepuluh Perahu Baganduang, yang terdiri dari dua dari Desa Koto, tiga buah dari Desa Pulau Binjai, satu dari Desa Kinali, satu dari Desa Banjar Padang, satu dari seberang pantai, satu dari Desa Rantau Sialang. Salah seorang tokoh masyarakat Kuantan Mudik, Mahmud Sulaiman Datuk Tomo, menyebutkan, Perahu Baganduang ini pertama kali ditampilkan sebagai festival pada tahun 1996. Ini adalah prosesi Manjompuik Limau ke rumah gadis oleh pemuda untuk dipinang.

Pengurus Ikatan Keluarga Kuantan Mudik (IKKM) Pekanbaru, Anasrun Latif, menyebutkan, banyak di antara masyarakat yang jauh-jauh ingin melihat budaya dan tradisi daerah lain. Akan tetapi kurang ingin melihat budaya sendiri, seperti Perahu Baganduang yang sarat potensi. Ini merupakan satu-satunya tradisi dan budaya yang akan mengangkat harkat dan martabat. Dalam melestarikan tradisi dan budaya sendiri, masyarakat tak mesti mengandalkan bantuan dana pemerintah.

Sementara itu, Wakil Bupati Kuansing menyampaikan, saat ini pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di Kuansing seperti pembangunan infrastruktur, jalan, pendidikan, dan ekonomi untuk meningkatkan perekonomian masya-rakat. Karena, masih banyak masyarakat Kuansing yang masih berada di garis kemiskinan. Tahun 2005, tercatat 72 desa tertinggal di Kuansing, tetapi secara bertahap sudah mulai berkurang.

Melestarikan adat istiadat dan budaya adalah, bagian dari upaya meningkatkan perekonomian masyarakat. Budaya dan tradisi palsafah Perahu Baganduang harus disampaikan pada keluarga. Begitu juga dengan prosesi Manjompuik Limau. Karena, sampai saat ini hanya segelintir masyarakat yang merasa memiliki tradisi dan budaya ini, sehingga di masa akan datang, akan berkembang di tengah masyarakat dan sampai kepada anak cucu. (dac)

-

Arsip Blog

Recent Posts