Lontar Cupak Grantang ditulis dalam huruf Jejawen dengan pengantar bahasa Sasak. Pembukaan ceritanya tentang penculikan putri Daha oleh raksasa Limandaru. Limandaru yang berarti raksasa bermuka gajah dengan sorot mata bagai api yang sangat sakti, sudah lama mengidam-idamkan putri Daha untuk dijadikan anaknya. Hasrat si Limandaru pun terwujud. Putri Daha yang berhasil diculiknya disembunyikan di dalam goa.
Perajurit Daha dikerahkan untuk merebut kembali putri yang terculik itu. Prajurit kerajaan Manungkuli dibawah pimpinan Raden Panji (kekasih sang putri) dikerahkan pula. Namun semuanya menemui kegagalan, sang putri tetap berada dalam kekuasaan Limandaru. Bahkan Raden Panji pun nyaris menemui ajalnya. Rasa malu dan kecewa karena kegagalannya membuat Raden Panji memutuskan untuk berkelana mencari kesaktian.
Tersebutlah seorang abdi kerajaan Daha bernama Bosok yang lolos dari cengkraman maut. Ia bersedia mengikuti pengembaraan Raden Panji, asalkan diakui sebagai saudara. Keduanya lalu pergi bertapa ke gua Gala-gala.
Atas kuasa Tuhan, keduanya menjelma menjadi anak kecil. Bosok yang dimandikan di pekuburan keramat diberi nama Raden Cupak, sedangkan Raden Panji yang disucikan di sebuah mata air diberi nama Raden Gurantang yang wujudnya sangat tampan serta bertingkah laku baik
Untuk selanjutnya Cupak dan Gurantang yang masih kanak-kanak melakukan pengembaraan. Dalam pengembaraannya mereka ditemukan oleh sepasang suami – istri yang tidak mempunyai anak, kemudian mereka diangkat anak oleh amaq (bapak) dan inaq (ibu) Bangkol. Segeralah mereka dibawa pulang oleh suami – istri tersebut, yang sulung bernama Cupak dan yang bungsu bernama Gurantang. Waktu berlalu, keduanya telah tumbuh dewasa, Cupak buruk rupa, berbadan kekar, mata merah melotot, kepala botak mulut terbuka dan berliur dan bersuara kasar, memiliki hati yang tidak jujur, pemalas, serakah serta perbuatan culas lainnya. Sedangkan Gurantang layaknya putra bangsawan, tampan dan gagah, lembut tutur katanya, rajin, serta rendah hati walau memiliki kesaktian yang tinggi.
Pada satu saat karena ulah Cupak yang memfitnah Gurantang sebagai anak yang pemalas, hingga marahlah amaq dan inaq Bangkol sehingga mereka diusir. Maka mereka berdua melakukan pengembaraan, dalam pengembaraan diceritakan ada seseorang yang menaruh kasihan dan memberi nasi, karena pada dasarnya Cupak ini mempunyai tabiat yang jahat dan tamak maka timbul akal busuknya untuk memperdaya Gurantang adiknya, maka disuruhnya Gurantang untuk mencari air minum, pada saat Gurantang pergi nasipun dihabiskan oleh Cupak. Pada saat Gurantang tiba berbohonglah dia dengan mengatakan bahwa nasinya telah habis dimakan babi.
Dalam pengembaraan mereka mendengar ada sayembara untuk merebut Putri Daha dari tangan raksasa Limandaru, maka pada kesempatan ini Raden Gurantang memanfaatkannya untuk merebut kembali kekasihnya dari tangan Limandaru. Pada saat Gurantang berhasil mengalahkan raksasa Limandaru dan merebut sang putri, putri pun dinaikkan ke atas tebing gua. Setelah tiba di atas, Cupak yang menunggu di atas melihat kecantikan putri daha, maka timbullah hasratnya pada sang putri, maka timbul akal busuknya. Tali yang hendak digunakan naik tebing oleh Gurantang diputus oleh Cupak kemudian dia mengungkit batu-batu besar dengan tujuan supaya Gurantang mati tertindih batu-batu tersebut. Sementara di atas gua Cupak dengan cara paksa dan berbagai macam alasan memaksa sang putri untuk mengikutinya kembali ke kerajaan.
Singkat cerita segala kecurangan Cupak akhirnya diketahui oleh sang raja, dan atas perintah sang raja Cupak dihukum gantung.
***
Sumber: Bunga Rampai Kutipan Naskah Lama oleh Museum Negeri NTB