Medan, Sumut - Sebagai bentuk perhatian dan kepedulian untuk menjaga keberadaan budaya Melayu yang mulai surut dimakan waktu, Yayasan Sultan Ma’Moen Al-Rasyid akan menggelar wisata seni dan budaya Melayu di Balai Urung Sri Istana Maimun Medan.
Destinasi wisata bertema Malam Pagelaran Seni dan Budaya Melayu itu, akan digelar setiap malamnya, kecuali malam Jumat, dengan durasi 90 menit. Bahkan, sebagai perkenalan, wisata yang akan menampilkan drama tarian Melayu berjudul “Maknyong” oleh grup tari Sri Indera Ratu itu, akan digratiskan, hingga Selasa (31/12) mendatang. Namun, sudah ditetapkan kalau setiap malamnya, mulai pukul WIB, wisata seni dan budaya Melayu itu hanya dapat dinikmati oleh 100 pengunjung.
“Bagi wisatawan asing ataupun lokal yang berkunjung ke kota Medan, kini tidak perlu khawatir untuk dapat menikmati wisata seni dan budaya khas tanah Deli. Mulai hari ini, Senin (23/12) hingga waktu yang tidak ditentukan, Yayasan Sultan Ma’Moen Al-Rasyid akan menggelar wisata seni dan budaya Melayu di Balai Urung Sri Istana Maimun,” ungkap Ketua Umum Yayasan Sultan Makmoen Al-Rasyid, Tengku Kamarul Bin Tengku Syaifuddin Al-Haj, saat ditemui Sumut Pos, Minggu (22/12).
Dirinya juga menganggap jika selama ini Kota Medan lebih dikenal dengan kota kulinernya. Untuk itu, bilang Tengku Kamarul, sudah sewajarnya Kota Medan dikenal dengan kebudayaan Melayunya lewat kegiatan wisata bertema Malam Pagelaran Seni dan Budaya Melayu .
“Saya sering berfikir, ke mana para wisatawan asing ataupun lokal yang berkunjung ke kota Medan, menghabiskan malamnya. Melihat kota Medan saat ini, saya melihat hanya ada tempat wisata kuliner di tengah kota Medan dan juga banyaknya tempat hiburan malam. Menurut saya itu sudah biasa dan dapat ditemukan di mana saja, khususnya kota metropolitan. Oleh karena itu, saya berfikir dan menghasilkan terobosan baru untuk membuat wisata seni dan budaya khas tanah Deli, “ ujarnya.
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Tengku Mayul itu mengatakan kalau drama tarian “Makyong”, merupakan kebiasaan orang Melayu pada malam hari. Tujuannya, untuk memperkuat tali silaturahmi antar sesama. Dengan begitu, Tengku Mayul menyebut kalau Istana Maimoon yang merupakan cagar budaya dan ikon kota Medan, akan dapat dirasakan sebagai milik bersama, untuk tetap dijaga kelestariannya. Begitu juga dengan seni dan budaya Melayu, dikatakannya akan tetap terjaga dan semakin kuat kelestariannya karena akan semakin dikenal melalui informasi yang akan dibawa wisatawan yang pernah menyaksikannya.
Sumber: http://sumutpos.co