Boedi Sampoerna: Lila Komaladewi Gondokusumo Pintar Mengambil Hati

TIGA jam tanpa jeda Boedi Sampoerna, 76 tahun, berkisah tentang sejarah duitnya di Bank Century. Setelah berbulan-bulan kasus bank gagal yang diambil alih pemerintah itu jadi omongan, baru kali ini deposan terbesar Century ini mau menemui juru tinta untuk sebuah wawancara tatap muka. Sebelumnya, ia hanya meladeni wawancara tertulis yang jawabannya ia titipkan melalui pengacara. Kali yang lain ia mengirim rilis yang disusunnya dalam format tanya-jawab.

Rabu pekan lalu, Boedi menemui wartawan Tempo Oktamandjaya Wiguna, Fajar W. Hermawan, Wahyu Dhyatmika, dan fotografer Fully Syafi. Sehari kemudian ia melakukan wawancara dengan dua stasiun televisi. Untuk Tempo, juragan tembakau ini memilih ruang VIP Rumah Makan Resto Nine di Jalan Mayor Jenderal Sungkono, Surabaya. Malam itu, ia ditemani pengacaranya, Eman Achmad Sulaeman.

Meski mengidap diabetes sejak 20 tahun lalu, Boedi terlihat segar. Bicaranya lancar. Ia juga kerap berseloroh. “Sudah saya jelaskan ke Komisi Pemberantasan Korupsi, sekarang saya lego,” katanya dengan dialek Surabaya yang kental. Meski lahir di Chicago, Amerika Serikat, hidupnya lebih banyak dihabiskan di Kota Pahlawan itu.

Boedi mengaku mengikuti berita tentang Bank Century. Ia juga menonton Robert Tantular, pemilik Bank Century yang kini mendekam di penjara, memberikan kesaksian di depan Panitia Khusus Hak Angket Kasus Bank Century Dewan Perwakilan Rakyat. “Bikin mangkel,” katanya.

Ia mengaku terganggu oleh pemberitaan yang menuduhnya sebagai sumber sengkarut kasus Century. Meski demikian, kata dia, ada pula koran yang menyebutnya pahlawan karena menahan diri tak mencairkan seluruh deposito sebesar US$ 170 juta dan Rp 153 miliar. “Saya disebut pahlawan, tapi tetap duit ndak balik,” ujarnya terkekeh.

Apa yang membuat Anda menyimpan uang di Bank Century?

Bunganya sih hampir sama dengan bank lain, tapi deposito di Century bisa ditarik kapan pun. Jadi, kalau sewaktu-waktu mau dipakai, bisa diambil. Seperti titip uang saja. Itu lebih menggampangkan saya. Bank lain mana ada yang mau seperti itu?

Dari semua uang Anda, berapa banyak yang disimpan di Century?

Sebagian besar uang saya ada di sana. Itu dari hasil menjual lima persen saham saya di PT HM Sampoerna.

Bank Century bukan bank besar, kenapa menyimpan dana banyak sekali?

Sebenarnya sudah saya pecah-pecah (ke beberapa bank). Cilakanya saya kena tipu. Juli 2008, uang saya di Bank Mega Cabang Kembang Jepun, Surabaya, dipindahkan ke Bank Mega Cabang Kedungdoro, Surabaya. Tujuannya untuk menolong teman Bu Lila (Direktur Pemasaran Bank Century Wilayah Surabaya dan Bali, Lila Komaladewi Gondokusumo). Teman itu bekerja di Bank Mega Cabang Kedungdoro dan akan dipecat jika tidak dapat nasabah. Lalu uang Rp 550 miliar saya pindah dari Kembang Jepun ke Kedungdoro. Saya pikir satu bulan duit saya simpan di Kedungdoro ya ndak apa-apa.

Lalu?

Bu Lila membohongi saya. Katanya, jangan langsung, enggak enak sama yang di Kembang Jepun, nanti marah. Ia memberikan saran, setorkan dulu ke Bank Century, baru besoknya ke Bank Mega Kedungdoro. Saya setuju. Belakangan saya banyak urusan dan lupa. Waktu saya cek, ternyata uangnya tidak disetorkan ke Kedungdoro tapi cemplungno (dimasukkan) ke Bank Century Jakarta dan tidak bisa diambil lagi.

Anda tidak minta pertanggungjawaban Lila?

Sudah, tapi katanya sudah kadung masuk ke Jakarta. Lila waktu itu masuk rumah sakit dan dia bilang tidak tahu ketika uang itu pindah ke Jakarta.

Anda juga tertipu dengan reksa dana PT Antaboga Delta Sekuritas?

Antaboga juga (kerjaan) Bu Lila. Deposito saya sekitar Rp 300 miliar di Century tahu-tahu jadi Antaboga. Saya ini ndak tahu karena setiap hari saya tanda tangan surat segini (ibu jari dan jari telunjuk tangan kirinya membentuk huruf c). Bu Lila itu sekali menyodorkan surat itu empat sampai lima lembar. Surat Antaboga mirip surat Century—logonya mirip, setornya juga ke Century, pegawainya juga pegawai Century. Saya waktu itu kurang teliti, saya sedang banyak urusan. Sekretaris saya juga kurang teliti.

Anda sering ditipu Lila?

Sekitar Juli 2007, Lila cerita kepada saya bahwa Robert Tantular mau pinjam uang Rp 200 miliar. Lila meminta saya meminjam back-to-back (Boedi diminta meminjam Rp 200 miliar kepada Bank Century lalu uangnya ia pinjamkan lagi kepada Robert Tantular). Sebagai jaminan, Robert memberikan sahamnya di Bank Century. Mestinya kan surat saham itu saya yang pegang, tapi kata Robert, saham itu akan ia pegang sendiri karena ada yang mau membeli. Penjualan saham akan dipakai untuk melunasi utang kepada saya Rp 200 miliar. Saya baru sadar setahun kemudian, setiap bulan saya harus menanggung bunga pinjaman Rp 3 miliar. Jadi uangnya diambil sama Robert dan saya yang malah berutang kepada Bank Century. Kurang ajar betul!

Kenapa Anda mau saja diakali?

Saya kan sudah tua, Lila omongannya diputer-puter, saya bingung. Uang saya itu tidak kembali, hilang sudah.

Anda percaya sekali kepada Lila?

Saya kenal Lila sejak dia bekerja di Bank Pikko. Saya ndak curiga. Servisnya bagus, mau datang ke rumah dan ke kantor. Orang marketing kan pintar. Kadang-kadang mengirim kue, kadang-kadang mengirim kembang.

Lila merayu Anda?

Bujuk rayunya pintar. (Termenung sejenak, Boedi menyalakan rokok) sebagai tenaga marketing bank, Lila pintar mengambil hati.

Anda punya hubungan asmara dengan Lila?

(Terdiam lagi)… tidak tahulah, Pak, tahu-tahu sudah begini.

Menurut Anda, Lila cantik?

Iya (mengangguk).

Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI Komisaris Jenderal Susno Duadji mengaku pernah Anda mintai tolong untuk membantu Lila?

Saya tidak kenal Pak Susno. Mungkin Pak Susno salah atau barangkali ada orang mengaku sebagai saya.

Sejak kapan Anda mengenal Robert Tantular?

Baru 2006. Waktu itu dia mengajak saya makan di Restoran Ah Yat Abalone, Surabaya. Dia mengenalkan diri sebagai pemilik Bank Century.

Anda langsung percaya?

Awalnya saya pikir Robert orang baik. Tapi keponakan saya, Michael Sampoerna, mengingatkan saya, kok kasih uang banyak ke Bank Century. Dia sarankan ditarik saja. Pertengahan 2008 saya sudah mulai ambil uang itu. Robert bilang jangan diambil semua, nanti rush. Katanya semua bank sekarang sedang sulit.

Pada 2008 Robert pernah menawarkan saham Century kepada Anda?

Iya. Robert dan Wakil Direktur Century datang ke rumah. Saya minta uang saya, tapi kata Robert, belum bisa karena sedang kesulitan uang.

Robert memberi tahu Anda bahwa kondisi bank mulai memburuk?

Tidak begitu. Robert bilang semua bank sedang susah. Saya tidak menyangka kalau bank itu mau jatuh. Robert bilang jangan takut karena ada investor dari luar negeri yang mau beli sahamnya. Kalau sudah diambil alih, bisa lancar lagi.

Badan Pemeriksa Keuangan menyebut Anda sengaja memecah-mecah rekening dengan maksud mengelabui Lembaga Penjamin Simpanan?

Saya terkejut dibilang memecah rekening. Itu bukan kemauan saya. Saya mau ambil uang dan, kata Robert, kalau dipecah-pecah jadi Rp 2 miliar lebih gampang. Jadi bukan dikasih tahu bank mau ditutup. Kalau dipecah tetap dengan nama saya atau perusahaan saya, PT Lancar Sampoerna Bestari, ndak apa-apa. Tapi, kalau atas nama orang lain, saya tidak mau karena podo-podo hilang!

Tapi, kalau rekening tidak dipecah dan bank ditutup, Anda akan kehilangan miliaran rupiah?

Ya, pasrah saja. Mau bilang apa? Kalau sekarang bank tidak ditutup, itu artinya hoki saya masih ada.

Robert mengaku meminjam uang US$ 18 juta kepada Anda?

Robert itu tukang bohong, jangan dipercaya. Tidak benar saya meminjamkan uang ke Robert. Saya kan mau ambil uang, kok malah meminjamkan uang. Itu ndak masuk akal. BPK menunjukkan surat pernyataan pinjam uang dari Robert. Surat itu ia teken sendiri. Kalau pinjam uang sama saya kan mestinya saya yang teken.

Robert sudah membayar pinjaman uang itu dalam bentuk reksa dana Antaboga?

Itu bohong lagi. Antaboga yang cair itu memang sudah jatuh tempo, sebagian lagi belum bisa diambil karena belum jatuh tempo.

Uang US$ 18 juta sudah dikembalikan kepada Anda?

Sudah dicatat tapi belum bisa diambil. Mestinya dari dulu sudah dicatat. Yang megang uang kan Robert Tantular.

Setelah Bank Century di-bail out, Anda pernah berkomunikasi dengan Robert?

Dia kan dipenjara, apa bisa?

Berkomunikasi dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono?

Siapa itu? Tidak kenal. O... yang di televisi itu? Saya tidak kenal.

Bailout Bank Century banyak menolong Anda?

Enggak.

Lucas, pengacara Sunarjo Sampoerna, putra Anda, disebut-sebut menjanjikan imbalan 10 persen kepada Susno Duadji untuk mencairkan uang Anda di Century?

Tidak. Itu saya baru dengar sekarang.

Tapi Sunarjo, yang disebut-sebut dekat dengan SBY, banyak membantu Anda?

Pak Narjo itu tak mau urusan begitu-begitu, ndak mau merepotkan orang, apalagi SBY. Saya mengurus semua ini sendirian, Narjo cuma mengawasi. Dia pernah bilang, “Dulu dinasihati agar hati-hati pada Bank Century tapi ndak percaya, sekarang ya rasakno.”

Sumber : Majalah Tempo, Kamis, 18 Februari 2010
-

Arsip Blog

Recent Posts