Seniman Madura Ingin Patenkan Musik "Palapa Ghena"

PAMEKASAN, Para seniman dan budayawan di Madura, Jawa Timur, berencana mematenkan musik "Palapa Ghena", hasil kreasi berbagai kelompok musik tradisional di wilayah itu.

"Palapa Ghena" ini merupakan gabungan 10 kelompok musik tradisional, seperti musik mulut dhanggek, musik saronen, tari topeng gethak, tari rondhing, musik mulut samman dan tembang macapat," kata salah seorang penggagas gabungan kelompok musik ini dari unsur seniman, Bob Candra, Minggu.

Menurut dia, gagasan untuk mematenkan musik ’Palapa Ghena’ ini sebagai salah satu upaya agar musik ini tidak diklaim oleh negara lain, sebagaimana pernah terjadi belum lama ini.

Musik "Palapa Ghena" atau bumbu lengkap ini untuk pertama kali dipentaskan dalam sebuah deklarasi Kebangkitan Seni Budaya Madura di salah satu rumah makan di Pamekasan belum lama ini.

Ketiga kelompok musik yang melakukan pementasan hanya dari tiga jenis kesenian tradisional. Yakni musik saronen, tembang kejung dan sinden.

Akan tetapi, seiring dengan perkembangan waktu, para penggagas kolaborasi musik tradisional itu terus melakukan penyempurnaan, hingga akhirnya tergabung sebanyak 10 kelompok musik dan kesenian tradisional.

Kolaborasi 10 kelompok musik tradisional ini untuk pertema kali akan dipentaskan pada Minggu (26/8) pukul 19.00 WIB di lapangan eks PJKA Jalan Trunojoyo, Pamekasan.

Iskandar, dari unsur pemerhati seni budaya Madura menyatakan, pihaknya sengaja menampilkan pementasan jenis musik ini bertepatan dengan Lebaran Ketupat dengan tujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat Madura yang tinggal di luar Madura tentang berbagai jenis musik tradisional yang ada di Madura.

Menurut dia, saat ini sudah banyak kalangan generasi muda Madura yang tidak mengetahui akan adanya musik tradisional hasil peninggalan pada budayawan dan seniman di Pulau Garam itu.

"Jadi kepentingan kami adalah melestarikan seni budaya yang ada di Madura ini dengan cara melakukan inovasi tentunya," kata dia.

Ia menilai, Madura sebenarnya kaya akan seni dan budaya. Bahkan di Madura sendiri terdapat sekitar seratus lebih berbagai jenis kesenian tradisional yang pernah berkembang di Pulau Garam tersebut.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan seni dan budaya Madura menghilang tergerus modernisasi. Sehingga berbagai jenis kesenian yang ada di Madura, seolah-olah hilang ditelan bumi.

Tidak hanya itu saja, generasi penerus berbagai jenis kesenian tradisional ini, juga hampir tidak ada. Kalangan generasi muda lebih memilih musik kontemporer untuk mereka pelajari dibanding musik kreasi hasil leluhur mereka.

Wakil Bupati Pamekasan Kadarisman Sastrodiwiryo menyatakan, penyebab kurangnya minat generasi muda mempelaji kesenian tradisional karena jenis musik hasil peninggalan para leluhur itu, terkesan kaku dan sulit untuk dipelajari.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah melakukan kreasi dan inovasi. "Saya berharap, upaya yang dilakukan sebagian kelompok seniman dan budayawan Madura ini bisa mengangkap budaya seni dan budaya Madura menjadi lebih baik, menarik minat kalangan generasi muda untuk mempelajarinya," ucap Kadarisman.

Wabup yang juga penulis buka "Parebasan Madura" ini menambahkan sebenarnya seni dan budaya Madura memiliki potensi ekonomis di bidang pariwisata di Pulau Madura, apabila nantinya mampu dikembangkan dan dikelola secara profesional.

Alasan Kadarisman, karena potensi wisata alam di Madura sendiri tergolong minim, dibanding daerah lain yang sudah maju seperti Malang, dan Bali.

Sumber :KOMPAS.com/ANT
Editor :Jodhi Yudono
-

Arsip Blog

Recent Posts