Di Desa Banyumulek, aktivitas pembuatan gerabah tak pernah usai. 80 persen penduduknya, menekuni kerajinan gerabah sebagai mata pencaharian selain bertani sejak tahun 1990-an. Jika kita ke Desa ini, dapat melihat hampir setiap rumah tangga membuat gerabah, mulai dari kendi, hingga gentong besar berukir.
Sejak belasan tahun lalu, produk kerajinan gerabah buatan masyarakat Desa Banyumulek sudah terkenal dan mampu menembus pasar internasional, seperti Amerika, Australia, negara-negara Eropa, dan sebagian Asia. Nilai ekspornya pun tetap stabil, meski krisis global terjadi beberapa kali. Desa Banyumulek, merupakan satu dari tiga desa sentra gerabah di pulau Lombok , NTB. Dua desa lainnya yakni Desa Penujak di Lombok Tengah, dan Desa Masbagik di Lombok Timur.
Desa Banyumulek yang berjarak sekitar 12 Km arah selatan dari Kota Mataram, ini juga dikenal dengan sebutan “Desa Gerabah”, dan menjadi salah satu desa wisata yang ditetapkan Dinas Pariwisata Provinsi NTB sejak tahun 2001 silam. Gerabah Lombok mudah menembus pasar karena sifat produknya yang fleksibel dan bisa dipesan sesuai selera. Kebanyakan berbentuk peralatan rumah tangga dan aksesori interior, mulai asbak, pot bunga, hingga guci antik setinggi orang dewasa.
Keterampilan Turun Temurun
Masyarakat Desa Banyumulek memiliki keahlian membuat gerabah secara turun temurun. Konon, produksi gerabah di Desa ini juga yang menyuplai kebutuhan alat masak di zaman kerajaan Selaparang dan Pejanggik di Lombok, dulu kala. Kerajinan gerabah di Banyumulek mulai berkembang modern sejak 1989 berkat bantuan Pemda NTB dan bantuan luar negeri dari New Zealand.
Proses pembinaan dan pendampingan yang dilakukan Pemda bekerjasama dengan pemerintah New Zealand saat itu, mulai membuat kerajinan gerabah Banyumulek menciptakan banyak variasi. Jaringan pasar pun semakin mudah ke luar negeri. Selain ekspor, di Desa Banyumulek, para wisatawan asing dan domestik bisa pula membeli kerajinan gerabah di sedikitnya 200 artshop yang ada di sana , milik masyarakat desa.
Sejak dua tahun terakhir, para perajin gerabah juga mulai memenuhi permintaan pasar lokal ke Yogyakarta, Bali, dan Jakarta. Untuk mempermudah pemasaran dalam provinsi, Pemda Lombok Barat juga sudah membebaskan tanah seluas 2 hetkare di Desa itu, untuk digunakan sebagai taman bunga. Lahan itu dikelola oleh 190 orang petani di sana yang juga perajin gerabah sejak 2006 lalu.