Pesta Makanan Tradisional di Festival Teluk Jailolo 2014

Jailolo, Malut - Kabupaten Halmahera Barat (Halbar) di Provinsi Maluku Utara menyimpan keragaman budaya, kuliner, dan ditunjang alam yang indah. Dalam Festival Teluk Jailolo 2014, seluruh potensi Kabupaten Halbar dalam menarik wisatawan ditampilkan.

Kamis (29/5/2014), berbagai jenis makanan khas Halbar yang berbahan dasar sagu, ubi, dan ikan ditampilkan di Festival Teluk Jailolo 2014. Ini merupakan festival keenam kalinya digelar. Festival yang rutin diadakan setiap tahun ini bertujuan untuk mengangkat budaya suku-suku di Halbar, potensi kulinernya serta obyek pariwisatanya.

Dalam pembukaan pesta kuliner Festival Teluk Jailolo 2014 yang bertemakan "Culture, People, Nature of West Halmahera", Bupati Halbar Namto H Roba mengaku bangga dengan gelar kuliner ini. "Ini bukan soal untuk memuaskan rasa lapar, tapi merupakan warisan budaya yang perlu disosialisasikan dan dilestarikan," ujarnya.

Pesta kuliner ini melibatkan 9 kecamatan dengan menampilkan sebanyak 82 kuliner khas Halbar yang bergizi. Yang menarik, para ahli kuliner dari Tim Maharasa yang dipelopori chef Ragil Imam Wibowo dan Adzan Tri Budiman. Mereka dilibatkan agar makanan yang disajikan lebih menarik dan layak dikonsumsi wisatawan.

Namanya pesta kuliner, pelabuhan Jailolo pun menjadi ramai para ibu-ibu yang menggelar makanan mereka. Ada pisang mulut bebek. Ini merupakan pisang khas Halmahera Barat yang hanya tumbuh di daerah ini. Pisang mulut bebek bisa digoreng atau direbus dengan santan sehingga dinamakan pisang santang.

Di Halbar pisang ini bukan digunakan sebagai makanan penutup tapi sebagai makanan utama, seperti nasi. Dinamakan pisang mulut bebek, karena menurut orang Halbar bentuk pisang ini mirip dengan lengkungan mulut bebek. Rasanya manis dan padat. "Saya sudah coba tanam di Bogor dan Jogja, tapi rasanya beda," kata Namto H Roba.

Ada lagi acar kuning, ikan bakar rica dan paniki. Paniki adalah daging kelelawar yang sudah dibumbui. Ketika daging paniki digigit, rasa bumbu begitu meresap di mulut. Paniki di Halbar berasal dari Kecamatan Tabaru.

Cobalah boko-boko, semacam nasi yang dibakar dalam bambu. Namun isi bambu terdiri dari ikan, singkong dan kelapa parut. Lantas dibakar selama 5-10 menit. Satu batang bambu kurang dari semeter dihargai Rp 30.000.

Yang dicari-cari wisatawan tentu gohu ikan. Ramon Y Tungka, pemandu acara 100 Hari Keliling Indonesia (HKI) Kompas TV tampak asyik menikmati gohu ikan Halbar. "Enak, yuk cobain," katanya sambil menyodorkan sepiring gohu ikan kepada Kompas Travel.

Ada yang menyebutnya sebagai sashimi Jailolo karena ikan yang digunakan adalah ikan mentah. Ikan yang masih segar ini dibersihkan, dilumuri garam dan dipotong kecil-kecil seperti dadu. Selanjutnya potongan ikan mentah ini dicampur dengan bumbu kenari, bawang dan cabai atau rica burung. Dinamakan rica burung karena bibit cabai disebar oleh burung. Cabai khas Halbar lebih kecil dari cabai rawit. "Amisnya ikan hilang berkat adanya lemon cui," kata Irine Yusiana Roba Putri, putri Bupati Halbar.

Menurut Irine, biasanya ikan yang digunakan ikan tuna. Lantas ditambahi sagu yang dibentuk seperti roti bakar dan pisang mulut bebek yang dimasak dengan santan. Sangat jarang ditampilkan dengan nasi.

Anda merasa haus? Cobalah saguer, minuman khas setempat yang berasal dari pohon enau. Minuman ditempatkan dalam sebatang bambu dan dituangkan ke dalam cangkir. Selesai menyantap gohu ikan, dilanjutkan dengan meminum saguer, rasanya sungguh nikmat mencoba kelezatan makanan dan minuman khas Halbar siang itu

-

Arsip Blog

Recent Posts