Ruteng, NTT - Campur tangan kebudayaan global, ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang sulit dibendung, secara langsung mempengaruhi warisan adat istiadat masyarakat Manggarai Raya. Kenyataan itu disadari oleh orang muda Manggarai saat ini yang secara perlahan meninggalkan identitas budaya lokal.
Perubahan pola pikir, sikap, tutur kata dan keseharian itu ikut membentuk wajah baru orang Mangarai yang meninggalkan kebiasaan lokal. Mereka merasa ketingglan zaman atau tidak modern bila menggunakan simbol-simbol kedaerahan.
Demikian diungkapkan Koordinator Pokja Budaya, Kanis Deki, kepada Pos Kupang seusai presentasi pojka budaya dalam Kongres Pemuda Manggarai Raya di Aula Misio STKIP St. Paulus Ruteng, Rabu (13/8/2014) sore.
Sampai pukul 18.00 Wita masih berlangsung presentasi pokja ekonomi. Pokja sosial politik, hukum, dan hak asasi manusia, pendidikan, perempuan dan anak akan dilakukan Kamis hingga Jumat besok. "Dalam tutur kata keseharian, menyapa orang bukan dengan kata-kata yang terhormat, tetapi kata-kata makian. Hal yang salah ini masih dianggap lumrah," kata Kanis mencontohkan.
Kenyataan seperti itu, lanjut Kanis, juga berlangsung dalam penyelenggaraan ritus-ritus adat hanya menjadi milik sekelompok orangtua. Padahal, kelak kaum muda yang melanjutkan tradisi itu. Fakta lainnya, secara sadar orang Manggarai mulai kehilangan jati diri soal bangunan rumah, tata kampung, seni tari dan berpakaian. Hanya sedikit generasi muda yang menyenangi berpakaian khas Manggarai, meski mereka dianggap tidak gaul dan mengikuti trend mode.
Pokja budaya, kata Kanis, menawarkan pendidikan (toing) dan pendampingan (titong) kepada anak-anak dan orang muda yang dimulai dari keluarga-keluarga. Lembaga pendidikan formal memasukkan mata pelajaran muatan lokal tak hanya di SD-SMA, tetapi berlanjut ke jenjang perguruan tinggi. Pendidikan non formal melibatkan kaum muda secara langsung dalam pelbagai seremoni adat.
Pokja budaya menyarankan penggunaan busana daerah dan pelayanan yang berbasis budaya lokal dalam hari tertentu di setiap minggu. Anak sekolah mengunakan busana daerah ke sekolah.
Kongres Pemuda Manggarai Raya perdana dimulai Rabu kemarin dihadiri hampir 200-an peserta dari berbagai latarbelakang dan profesi yang domisili di Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur maupun yang berasal dari luar Manggarai. Hadir pula politisi muda, Andre Garung, anggota terpilih DPD RI, pengajar Unwira Kupang, Dr. Norbert Jegalus, dan Dr.Romo Ino Sutang, Pr, dari STKIP Ruteng.
Suasana kongres berlangsung dinamis semua peserta memiliki hak suara yang sama menyampaikan gagasan dan solusi. Tak ada kesan suasana formal seperti kebanyakan kongres, rapat, dan diskusi umumnya.
Sumber: http://kupang.tribunnews.com