ICAD Selenggarakan Kolaborasi Budaya Ayatana Bernuansa Minang

Jakarta - Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) menyelenggarakan kolabolarasi desain dan seni kontemporer kelima bertajuk "Ayatana on Stage, Collaborative Cultural Performance: Art and Soul of Minang" di Hotel Grand Kemang, Jakarta.

Pertunjukan yang digelar mulai hari ini hingga 7 November 2014 itu mengangkat kisah antara manusia dengan alam yang dikemas dalam latar budaya Minang.

"Pertunjukan yang memadukan antara seni dan desain ini mengedepankan kearifan lokal. Tahun 2013 yang kami gunakan adalah budaya Jawa, dan sekarang Minang," kata sutradara pertunjukan ICAD Dinda Kanyadewi dalam konferensi pers di Hotel Grand Kemang Jakarta, Rabu.

Ayatana, menurut dia, memiliki arti indera kemanusiaan, yang dipandang sebagai dasar dalam menjalani kehidupan. Bila dikaitkan dengan seni dan desain, maka Ayatana memiliki hubungan yang erat dengan alam.

Dari filosofi itu, Ayatama lebih dekat dengan falsafah Minang yang dikenal "alam takambang jadi guru", yang berarti alam akan selalu memberikan contoh.

"Alam adalah guru manusia, yang merekam seluruh aktivitas manusia. Alam harus dijaga," katanya.

Pada Rabu malam, ICAD menyelenggarakan pertunjukan kolaborasi menampilkan Be3, grup vokal yang telah mengukir prestasi selama 20 tahun.

Be3 berpadu dengan tarian kontemporer karya Yola Yulfianti, yang diiringi Trust Orchestra, perpaduan musik modern dengan nuansa Minang.

Pakaian yang dikenakan personel Be3 didesain oleh Qisthas Noe’man.

"Setiap tahun ICAD menghadirkan tren terkini di dunia desain dan seni tanpa meninggalkan kekayaan nilai budaya Indonesia," katanya.

Sementara itu, Direktur Pelaksana ICAD Diana Nasir mengatakan, ICAD ingin melebur dinding yang memisahkan antara seni dan desain.

"Kalau dulu pameran seni selalu dipisah dengan pameran desain, tetapi sekarang keduanya bisa dipadu menjadi sesuatu yang indah," katanya.

Selama enam pekan, ICAD akan menampilkan 34 seniman terdepan dari lintas generasi dan latar belakang beragam, seperti desainer, arsitek, perupa, fotografer, dan sineas.

Semua karya ditampilkan setelah melalui proses kuratorial.

"Sesuai dengan konsep ICAD, semua karya tampil dengan merespons area publik hotel. Ini sebuah pesta yang merayakan ’the power of creativity and expression," katanya.

-

Arsip Blog

Recent Posts