Padang, Sumatra Barat - AsosiasiPerusahaan Perjalanan Indonesia (Asita) Provinsi Sumatra Barat menyayangkan pemulihan citra pariwisata yang lamban pascagempa oleh Pemko Padang dan Pemprov Sumbar.
"Kita belum melihat gerakan yang dilakukan disbudpar kota dan provinsi Sumbar. Padahal, telah dikoordinasikan dan sudah diberikan contoh recovery yang pernah dilakukan Yogyakarta pascagempa," kata Sekretaris Asita Sumbar Ian Hanafiah di Padang, Senin (23/11).
Menurut Ian, instansi terkait di Pemkot Padang dan Pemprov Sumbar, seharusnya gencar menyebarkan informasi, bahwa sektor pariwisata Sumbar tidak parah terkena dampak gempa 7,9 Skala Richter (SR) lalu.
Sebab, masyarakat di luar Sumbar tahunya melalui pemberitaan media cetak dan televisi pascagempa, daerah ini telah porakporanda. Padahal, katanya, yang banyak rusak dan rubuh itu, hanya rumah penduduk, instansi pemerintah dan rumah toko (ruko) serta sejumlah hotel di Padang.
Sementara itu, hotel-hotel di Kota Bukittinggi, Maninjau, dan Payakumbuh tak terkena dampaknya. Begitu juga objek wisata yang ada. Kini sejumlah hotel di Padang akan kembali beroperasi.
Berkaitan dengan hal ini, katanya, Asita sudah menyampaikan kondisi pariwisata Sumbar pascagempa ke sesama anggota dan mitra dalam dan luar negeri dengan motto "Minangkabau Bangkit".
Dalam penjelasan tersebut dijelaskan bahwa dampak gempa tak berpengaruh terhadap sektor pariwisata, hanya sebagian hotel yang terkena di Padang, sedangkan di Bukittinggi masih aman.
Menurut dia, Disbudpar Padang dan Provinsi Sumbar, semestinya mengundang jurnalis luar Indonesia, misalnya Malaysia dan Singapura, untuk melihat langsung dan memberitakan.
"Asita sudah menyampaikan ke instansi terkait, supaya rencana ini bisa dikoordinasikan dengan Perhimpunn Hotel dan Restoran Indonesia Sumbar. Tujuannya masing-masing memberikan kemudahan yang diberikan ketika jurnalis luar sampai di Tanah Minang ini," katanya.
Selain itu, penting juga digencarkan kagiatan-kegiatan yang bisa mendatangkan banyak pengunjung, misalnya mendatangkan artis-artis nasional dan menggalakkan pegelaran kesenian tradional.
Melalui berbagai kegiatan itu, katanya, orang akan banyak datang ke Sumbar, sehingga secara bertahap citra pariwisata pascagempa kembali membaik. Banyaknya pemberitaan tentang bencana gempa, jelas berpengaruh terhadap minat orang untuk datang ke Sumbar, karena dalam pikirannya seakan sektor pariwisata terkena dampak terlalu besar.
"Tak cukup meyakinkan orang di luar Sumbar, hanya dengan ungkapan kata-kata. Misalnya datang ke Malaysia memberikan penjelasan, bahwa Sumbar aman dan bagus tetapi kalau tak ada buktinya bagaimana orang percaya," katanya. (Ant/Ol-5)
Sumber: http://www.mediaindonesia.com