Menyongsong Pekan Budaya VIII 2009 di Buol

Oleh: Amin Abdullah

Ketika penulis berkesempatan magang menimba ilmu Managemen Festival di Smithsonian Institute Washington DC (sebuah kompleks Museum terbesar di Amerika), penulis mulai memilah – milah mana hal - hal yang dapat diterapkan di Indonesia dan Sulawesi Tengah pada khususnya.

Tulisan ini akan mengupas tiga hal penting dalam managemen festival yang dapat diterapkan di Sulawesi Tengah dan mengaitkannya dengan persiapan menyongsong Pekan Budaya 2009 di Buol. Pertama, bahwa persiapan festival itu sebaiknya menahun dan berseri dari satu tahun ke tahun yang berikutnya (pendekatan program). Kedua, mempunyai pendekatan tematik yang sesuai dengan kondisi aktual dan konteks dimana serta kapan festival itu dilaksanakan. Ketiga, festival dibuat untuk merayakan sesuatu seperti ulang tahun Negara, Propinsi, Kabupaten, ritual keagaaman, pesta rakyat dan kepentingan – kepentingan lainnya seperti Pariwisata.

Persiapan Tahunan
Festival mutlak tidak dapat didekati dengan managemen â€Å“tiba masa tiba akal”. Dia harus dengan persiapan minimal setahun sebelum festival itu diselenggarakan karena mempunyai tingkat kerumitan yang tinggi. Bahkan pada festival – festival yang telah mapan di negara – negara maju, agenda hingga untuk empat tahun ke depan telah tersusun baik dari segi materi kegiatan, tempat, waktu dan tema kegiatan. Sehingga layaknya sebuah program yang berseri.

Rumitnya persiapan festival karena menyangkut mulai dari pendanaan, sponsorsip, kepanitiaan, keamanan, perlengkapan, konsumsi, publikasi, pengisi acara, pembicara, workshop, pameran dan lain sebagainya yang dipersiapkan dengan sangat detail. Walau dengan persiapan yang matang sekalipun, bahkan terkadang dilapangan dapat saja terjadi perubahan yang mencapai 20% dari yang telah direncanakan. Apalagi kalau perencanaan yang kurang matang, perubahan dapat saja terjadi hingga 50% dan itu bisa berpotensi gagal.

Pada perencanaan Pekan Budaya 2009 di Buol, persiapan yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tengah telah mulai dengan persiapan tahunan. Sejak September 2008 tepat tiga bulan setelah ditunjuknya Kabupaten Buol sebagai tuan rumah (hasil dari Rapat Koordinasi Teknis pada Pekan Budaya 2008 di Tolitoli) persiapan dimuali dengan sosialisasi konsep kuratorial (penataan festival) yang ditawarkan oleh Disbudpar Propinsi kepada Disbudpar Kabupaten Buol mengenai tema festival, waktu dan materi Pekan Budaya. Karena pada hakekatnya Pekan Budaya adalah kerjasama antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi dan Pemerintah Kabupaten Buol sebagai tuan rumah.

Persiapan kemudian akan dilanjutkan dengan launching kepada publik akan kegiatan ini yang diikuti dengan pembentukan panitia, workshop manajemen festival di Buol, serta workshop tehnis kuratorial kepada seniman budayawan dari seluruh kabupaten / kota yang akan mengisi Pekan Budaya di Palu. Workshop manajemen festival dimaksudkan untuk membantu kepanitiaan Buol dalam mempersiapkan teknis serta pembagian tugas antara panitia Kabupaten dan Propinsi. Sedangkan workshop teknis kuratorial dimaksudkan untuk menyamakan persepsi pada seluruh calon peserta Kabupaten / Kota terhadap tema dan materi acara yang akan dilaksanakan pada pelaksanaan nantinya. Dengan rangkaian kegiatan persiapan seperti ini, diharapkan akan memperkecil resiko kegagalan. Persiapan seperti ini sudah dicoba pada Pekan Budaya 2008 di Tolitoli yang hasilnya relatif terhitung sukses.

Pendekatan Tematik
Pekan Budaya dengan pendekatan tematik telah dimulai sejak pelaksanaan Pekan Budaya VI 2007 di Parigi Moutong dengan tema seni budaya agraris dan Pekan Budaya VII di Tolitoli dengan tema seni budaya pesisir. Pendekatan tematik adalah sebuah pendekatan dimana semua bentuk kegiatan yang ada dalam Pekan Budaya diupayakan mengarah pada satu tema sentral. Dengan adanya satu tema, maka panitia dalam hal ini pemerintah, masyarakat penonton serta partisipan atau pengisi acara mempersempit ruang lingkup dan mempunyai persepsi yang sama dalam satu festival yang sama.

Pada Pekan Budaya di Buol, tema yang ditawarkan (meski masih tentatif) adalah â€Å“ seni dan lingkungan” menyusul isu lingkungan menjadi isu global yang aktual. Isu lingkungan menjadi pehatian dunia saat ini menyusul beberapa fenomena alam yang terjadi saat ini. Isu pemanasan global yang dikampanyekan oleh mantan wakil presiden Amerika Al Gore, pengrusakan hutan, masalah sampah yang semakin sulit diatasi, illegal logging (pencurian kayu dari hutan) membuat isu lingkungan menjadi aktual dan penting untuk menjadi tema Pekan Budaya tahun 2009. Dalam Pekan Budaya ini diharapkan munculnya karya-karya seni yang merupakan suara seniman dan budayawan, ilmuwan serta masyarakat adat yang perduli dengan kerusakan lingkungannya.

Tema sentral ini akan membuat kita memahami keragaman dan perbedaan seni budaya masing-masing wilayah Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah dalam berinteraksi dengan lingkungan sesuai dengan kondisi sejarah, sosial budaya masing-masing. Pemahaman keragaman ini sangat dibutuhkan untuk Sulawesi Tengah yang majemuk.

Dalam pendekatan tematik, semua pemahaman dapat dianggap benar sepanjang tema garapan materi berwawasan lingkungan. Dengan pendekatan tematik seni dan lingkungan, seorang seniman dapat saja menjadikan hal-hal sebagai berikut sebagai sumber inspirasi seperti upacara ritual, musik, nyanyian rakyat, nyanyian anak-anak, tari, sastra lisan, permainan rakyat, cerita rakyat, tradisi masyarakat adat tentang bagaimana mereka berhubungan dengan alam dan lingkungan mereka tinggal atau natural wisdom seperti membuka hunian, menebang kayu, mendirikan rumah, pemanfaatan air, pelebaran wilayah pertanian, perburuan dll.

Merayakan Sesuatu
Pada hakekatnya, Festival, Expo, Pekan Budaya, Fair atau apapun namanya diadakan untuk merayakan sesuatu. Perayaan itu seperti menyambut ulang tahun sebuah wilayah yang dapat saja Negara, Propinsi atau Kabupaten. Festival juga diadakan untuk perayaan ritual keagamaan tertentu atau berhubungan dengan pesta rakyat seperti panen raya dan sebagainya.

Pekan Budaya 2009 di Buol direncanakan dilaksanakan pada tanggal 11 – 17 Oktober 2009 sehingga dirangkaikan dengan perayaan Hari Ulang Tahun berdirinya Kabupaten tersebut. Hal ini dimaksudkan agar Pekan Budaya ini bermanfaat untuk pemerintah dan terutama masyarakat Buol. Selain merayakan hari ulang tahunnya yang menjadi istimewa karena dihadiri oleh seniman budayawan dari seluruh Kabupaten / Kota di Sulawesi Tengah, pada saat yang sama masyarakat Buol menikmati suguhan keberagaman seni budaya yang ada di Sulawesi Tengah. Sesuatu yang bukan saja memberi hak pada masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya untuk mengekspresikan ragam budayanya masing - masing dan memberi masyarakat Buol pada
khususnya untuk mendapat pendidikan kebudayaan, namun juga semua kita yang terlibat mendapat gambaran konsep Sulawesi Tengah yang beragam dan terbentang luas melalui seni budaya.

Amin Abdullah, S.Sn, M. Sn, MA
Kurator Pekan Budaya Buol 2009
Praktisi Kebijakan Kebudayaan di Sulteng

-

Arsip Blog

Recent Posts