Sun Bulak, Tari Yang Menggambarkan Perjalanan Dayak Kenyah Ritan Baru

Alunan musik tradisonal dayak mirip Angklung terdengar lembut di dalam Lamin Beoq Desa Ritan Baru Kecamatan Tabang, Rabu (5/5) malam lalu. Dayak Kenyah menamakan alat musik dengan Jatung Utang. Musik itu mengiringi semua tarian yang disuguhkan warga Ritan Baru dan Tukung Ritan saat menerrima kunjungan rombongan Pemkab Kukar.Diantaranya yaitu tari Sun Bulak, yaitu tari masal yang menggambarkan perindahan dayak Kenyah dari wilayah dekat perbatasan Malaysia hingga menetap di tepi Sungai Belayan Desa Ritan Baru dan Tukung Ritan Kecamatan Tabang.Tari Sun Bulak tersebut terdiri dari empat tarian, dimana satu tari dibawakan kurang lebih 50 orang pria dan wanita. Menurut tokoh masyarakat Ritan Baru Suto Jalung, empat kelompok tari Sun Bulak itu sesuai dengan fase perpindahan sukunya hingga sampai di Tabang.

Fase pertama yaitu Uma Iwan, awalnya mereka belum mengenal pakaian dari bahan kain, tetapi hanya mengenakan kulit kayu. Peralatan rumah tangga yang digunakan pun berasal dari tumbuh-tumbuhan yang tedapat disekitar mereka. Misalnya buah labu tua yang sudah dikeluarkan isinya dijadikan wadah makanan, bamboo sebagai wadah air.

”Bahkan di Uma Iwan ini suku kami belum mengenal garam, jadi sebagai penyedap adalah daun-daunan kayu yang dicampurkan kepada daging hewan buruan saat dimasak,” jelasnya.

Perlu diketahui Uma adalah rumah panjang yang bisa dihuni 40 hingga seratus org atau sekitar 25 Kepala Keluarga.

Selanjutnya yaitu Uma Metun, dalam fase ini mereka sudah mengenal kain dengan bahan sederhana namun sangat terbatas, jadi pakaian masih berkombinasi antara kulit kayu dan kain. Kain tersebut didapatkan dari beberapa orang dari mereka saat merantau. Namun pada Uma Metun ini mereka belum mengenal pendidikan.

Berikutnya adalah Uma Selunge, menggambarkan kemajuan. Pada fase ini mereka sudah mengenakan pakaian yang dari kain seluruhnya tidak lagi dikombinasikan dengan kulit katu. Karena mereka tidak terisolasi dengan masyarakat luar, karena sudah pindah ke darah yang bisa dijangkau orang lain.

Dan Uma Jema`ang, dimana pada fase ini interaksi dengan dunia luar sudah lebih lebih banyak karena mereka tinggal di tepi sungai Belayan yang melintasi kecmatan tabang. Sudah beberapa orang yang bersekolah walaupun sedikit sekali tidak sampai sepuluh orang. “Agama juga sudah masuk di fase ini,” ujarnya.

Fase perpindahan rumah dari perbatasan Malaysia hingga ke Tabang ini digambarkan dalam tarian masal. Tak hanya menari mereka juga menggambarkan kehidupannya dengan bernyanyi dalam bahasa meraka (Dayak Kenyah). Sehingga tarian ini menarik dan seolah-olah mirip drama perjalanan warga Ritan Baru dan Tukng Ritan. (hmp03)

-

Arsip Blog

Recent Posts