Pagaralam, Sumsel - Turis berasal dari Amerika Serikat (AS) sengaja datang di Kota Pagaralam, Sumatera Selatan (Sumsel), untuk mempelajari bahasa Besemah yang digunakan masyarakat Kota Pagaralam, Kabupaten Lahat, dan Kabupaten Muaraenim.
"Memang bukan hanya dari segi bahasa yang menarik untuk dipelajari, tapi termasuk seni budaya Besemah," kata Bradley J McDonell, salah satu turis dari AS, itu di Pagaralam, Rabu (7/10).
Ia mengatakan, memang cukup jauh perbedaan antara adat istiadat warga Indonesia, terutama suku Besemah, dengan kehidupan di AS, terutama terkait hubungan kekerabatan.
"Namun, kalau di lingkup suku Besemah semua jalinan keluarga meskipun hubungan darahnya sudah jauh masih tetap terjalin dengan baik, hal ini terbukti dari setiap ada acara syukuran yang dilakukan lebih banyak karena hubungan kekerabatan," kata dia.
Menurut dia, daerah Besemah memiliki kekayaan yang cukup banyak bukan hanya dari sektor pariwisata alam, tapi termasuk budaya, sejarah, dan seni.
"Namun, hal ini masih perlu digali dan dilestarikan, kalau tidak akan semakin tergilas dengan budaya modern," ungkap dia lagi.
Menurut dia, sudah sulit bisa menemukan orang yang paham dan mengetahui betul tata bahasa Besemah, termasuk seni budaya yang banyak dilakukan pada zaman dahulu.
"Di daerah Besemah banyak dikenal dengan seni tutur, guritan, berejong dan gitar tunggal, tapi saat ini sudah mulai tergilas dengan musik modern seperti organ tunggal dan kesenian lainnya," ungkap dia, yang beberapa hari berada di Pagaralam sudah fasih berbicara bahasa Besemah ini.
Memahami budaya Besemah paling penting mengetahui bahasa dan mampu memahami tata bahasa yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Sementara itu, menurut budayawan Besemah, Satarudin, memang banyak seni budaya dan adat asli Besemah yang sudah hilang atau ditinggalkan.
Menurut dia, selain kalah bersaing dengan budaya modern, orangtua juga sudah jarang sekali ditemui mengajarkan budaya dan adat istiadat kepada anak-anaknya. (kompas.com)
Sumber: http://oase.kompas.com