Ketika anda menyaksikan beberapa atraksi kesenian daerah di Madura, instrumen musik pengiring yang paling dominan adalah Saronen. Instrumen musik ini sangat kompleks dalam penggunaannya. Katakanlah musik serba guna yang mampu menghadirkan berbagai nuansa sesuai dengan kepentingan. Walaupun musik instrumen ini merupakan perpaduan dari beberapa alat musik, namun yang paling dominan adalah liukan-liukan alat tiup berbentuk kerucut sebagai alat musik utama. Alat musik tersebut bernama Saronen.
Konon, orkes Saronen ini berasal dari desa Sendang, kecamatan Pragaan. Saronen berasal dari kata Senninan, (hari Senin). Kala itu, kyai Khatib Sendang (cicit Sunan Kudus), menciptakan orkes ini sebagai media dakwah untuk penyebaran agama Islam. Setiap hari pasaran yang jatuh pada hari Senin, Kyai Khatib menggunakannya dalam upaya menarik massa. Pertama kali yang dilakukan oleh Kyai yang inovatif ini, acara diawali dengan munculnya dua badut. Kedua badut ini, menari dan menyanyi serta melawak. Adapun materi lawakan banyak berisi sindiran dan kritikan tentang situasi dan kondisi serta kebijakan pemerintahan pada masa itu. Untuk meramaikan dan menambah semarak adegan-adegan yang dibawakan kedua badut tersebut, maka acara tersebut diselingi musik yang mampu membangun suasana menjadi riang gembira.
Setelah massa terkumpul, barulah kyai Khatib Sendang memulai dakwah. Sehingga pada waktu itu banyak sekali yang tertarik, kemudian menyatakan diri untuk mengikuti ajaran agama Islam. Tentu saja, kyai Khatib dalam menciptakan instrumen musik Saronen menyesuaikan dengan karakter masyarakat Madura. Suku Madura merupakan sosok yang terkenal mempunyai watak keras, polos, terbuka dan hangat. Sehingga, jenis musik riang dan ber-irama mars menjadi pilihan yang paling pas. Dan dalam perkembangannya, musik Saronen menjadi musik yang sangat digemari dan merakyat serta menjadi trade mark musik Madura.
Ciri Khas Instrumen Saronen
Musik instrumentalia Saronen terdiri dari 9 alat musik dengan nilai filosofi Islam yang sangat kental. Karena ke- sembilan alat musik tersebut adalah pengejawantahan ayat pendek yang menjadi pembuka Al’Qur’anul Karim, yaitu Bismillahhirrohmanirrohim. Adapun ke-9 alat musik tersebut terdiri dari ; 1 saronen, 1 gong besar, 1 kempul, 1 kenong besar, 1 kenong tengahan, 1 kenong kecil, 1 korca, 1 gendang besar dan 1 gendang dik gudik (kecil).
Ke–sembilan alat musik tersebut menjadi perpaduan yang harmoni, sedangkan. yang menjadi ruh dari orkes ini adalah alat musik Saronen yang berbentuk kerucut. Alat musik ini terbuat dari pohon jati, dengan enam lubang berderet di depan dan satu lubang di belakang. Sebuah gelang kecil dari kuningan mengaitkan bagian bawah dengan bagian atas. Ujungnya terbuat dari kayu siwalan dan menjepit lidah gandanya (pepet), terbuat dari sepat atau dari daun pohon siwalan. Pada pangkal alat musik itu ditambah sebuah sayap dari tempurung kelapa yang nampak seperti kumis. Saronen berukuran sekitar 40 cm. Alat musik jenis ini berasal dari Timur Tengah.
Dalam perkembangannya, alat musik yang terdiri dari 9 unsur tersebut mengalami penambahan sehingga menjadi 12 alat musik. Yaitu dengan penambahan 1 alat musik saronen serta 1 alat musik kempul. Begitu pula dengan jumlah penabuh/pemusik. Orkes Saronen yang tetap memakai komposisi (versi) lama, menggunakan alat musik sebanyak 9 dengan penabuh sebanyak 9 personel. Masing-masing membawa satu alat musik, sedangkan gong dan kempul dipikul oleh dua penabuh, yang secara bergantian memukul alat musik tersebut. Sedangkan yang menggunakan komposisi (versi) baru alat musik berjumlah 12, serta penabuh/pemusik juga berjumlah 12 orang.
Instrumen Musik Ber-Irama MARS
Irama yang dihasilkan dari instrument musik Saronen dipakai sebagai pengiring kegiatan Kerapan Sapi, atraksi Sapi Sono’, berbagai upacara ritual di makan keramat, acara pesta perkawinan ataupun dalam event-event kesenian. Selain itu orkes musik Saronen dapat berdiri sendiri dengan menyajikan berbagai bentuk tontonan yang menarik dan atraktif. Yaitu dengan cara memodifikasi berbagai unsur gerak, baik seni tari, seni hadrah maupun seni bela diri silat dalam kemasan gerak tari sesuai irama musik yang dimainkan. Begitu pula dengan lagu-lagu yang dibawakan, musik. Saronen mampu mengiringi lagu-lagu dari berbagai aliran musik, baik itu keroncong, dangdut, pop, rock and rool maupun lagu-lagu daerah lainnya. Lagu-lagu keroncong yang ber-irama mendayu-dayu misalnya, mampu digubah dalam irama mars yang dinamis.
Dalam setiap atraksi, orkes Saronen ini mampu membangun serta menciptakan suasana yang hangat dan gembira. Ketika berjalan mengikuti iring-iringan pasangan sapi, baik Kerapan Sapi atau Sapi Sono’, upacara-upacara ritual, mengiringi atraksi kuda Kenca’ ataupun arak-arakan para pemusik ini berjalan dengan langkah-langkah pendek sambil berlenggak-lenggok mengikuti irama, gerakan-gerakan itu disesuaikan dengan irama lagu yang dibawakan.
Alat musik Saronen biasanya dipakai sebagai pembuka komposisi dengan permainan solo. Suaranya yang sedikit sengau dan demikian keras, meloncat-loncat, melengking-lengking dan meliuk-liuk dalam irama yang menghentak. Baru setelah itu diikuti oleh pukulan alat musik lainnya, pukulan gendang, kennong, ketukan kerca dan simbal. Perpaduan alat-alat musik tersebut menghasilkan keselarasan irama pada seluruh orkes.
Setiap komposisi musik yang dimainkan, di awali dalam tempo lamban yang berubah menjadi tempo medium, lalu semakin cepat, atau sebaliknya, permainan diawali langsung dalam tempo medium langsung berubah menjadi cepat dan berakhir dengan tempo yang semakin cepat untuk seluruh orkes. Permainan yang sangat variatif dan penuh improvisasi dari para pemain, serta teriakan yang dilontarkan para pemain menambah kegairahan pada irama yang sudah melengking dan meloncat-loncat. Dalam setiap permainan, setiap komposisi lagu berakhir seketika, dalam arti semua instrumen berhenti pada saat yang sama.
Seperti halnya instrumen musik lain, Saronen dapat dimainkan sesuai dengan jenis irama yang diinginkan. Walaupun sangat dominan memainkan jenis irama mars, dalam bahasa Madura irama sarka’, Saronen ini mampu menghasilkan jenis irama lainnya, yaitu irama lorongan (irama sedang). Jenis irama ini terdiri dari dua, yaitu irama sedang “lorongan jhalan” dan irama slow ‘lorongan toju’. Masing-masing irama tersebut dimainkan di berbagai kegiatan kesenian dengan acara serta suasana yang berbeda.
Untuk irama sarka’, biasanya dimainkan dalam suasana riang dan permainan musik cepat dan dinamis. Tujuannya adalah memberikan semangat dan suasana hangat. Adapun semua lagu dapat digubah dalam irama sarka’. Sementara itu, untuk jenis irama lorongan, baik lorongan jhalan (sedang) atau lorongan toju’ (slow), lagu-lagu yang dimainkan biasanya berasal dari berbagai lagu gending karawitan.
Ketika mengiringi kerapan sapi menuju lapangan untuk berlaga, irama sarka’ ini dimainkan untuk memberikan dorongan semangat, baik kepada sapi atau pun pemilik serta para pengiring-nya. Begitu pula ketika orkes Saronen mengiringi sepasang pengantin, irama ini dimainkan sampai sepasang pengantin itu mencapai pintu gerbang. Musik ber-irama sarka’ ini, mampu menciptakan suasana hangat dan kegembiraan bagi penonton.
Sedangkan irama lorongan jhalan (irama sedang), biasanya dimainkan pada saat dalam perjalanan menuju lokasi. Baik ketika sedang mengiringi sapi kerapan ataupun atraksi sapi sono’. Selain itu, irama ini dimainkan ketika mengiringi atraksi kuda kenca’ atau pun di berbagai acara ritual yang berkaitan dengan prosesi kehidupan manusia. Adapun lagu-lagu yang dimainkan berasal dari lagu-lagu gending karawitan, seperti gending Nong-Nong, Manyar Sebuh, Lan-jalan ataupun Bronto Sewu.
Irama lorongan toju’, biasanya memainkan lagu-lagu gending yang ber-irama lembut (slow). Jenis irama ini dipakai untuk mengungkapkan luapan perasaan yang melankonis, rindu dendam, suasana sedih ataupun perasaan bahagia. Irama lorongan toju’ biasa dimainkan ketika mengiringi pengantin keluar dari pintu gerbang menuju pintu pelaminan. Adapun gending-gending yang dimainkan adalah alunan gending Angling, Rarari, Puspawarna, Kinanti, Gung-Gung dan lainnya.
Dalam setiap penampilan agar semakin memikat, biasanya para pemain menggunakan seragam yang sama. Untuk acara-acara ritual, para pemain biasanya memakai odheng Madura dan bersarung; ada juga yang mengenakan celana dan baju hitam longgar khas petani Madura serta berkaos dengan motif garis-garis panjang berwarna merah putih. Namun di kalangan kaum muda biasanya mereka tampil lebih modern, dengan mengenakan pakaian warna-warna terang dan mencolok serta memakai rompi yang dihiasi oleh rumbai-rumbai benang emas. Penampilan mereka semakin keren dengan memakai kaca mata hitam serta topi lakan.
Khusus musik Saronen, kaum muda (yang tinggal di pedesaan) tidak merasa malu ketika menggeluti musik ini. Karena jenis irama yang dimainkan dapat disesuaikan dengan perkembangan musik yang sedang ngetrent. Disamping itu musik etnik ini mampu dimainkan, dimodifikasi dan diimprovisasi ke berbagai aliran musik. Sehingga irama yang dihasilkan memenuhi selera masyarakat baik yang menyukai jenis musik dangdut, pop, keroncong, karawitan/gendingan/tembang ataupun aliran musik kontenporer.
***
Sumber: kompasiana.com | Foto: id.wikipedia.org