Tradisi "ampyang" warnai peringatan Maulud Nabi

Kudus, Jateng - Warga Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Kamis, memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan menggelar tradisi "ampyang" Maulid.

Tradisi "ampyang" yang biasa dikenal oleh warga setempat merupakan tradisi memperingati hari kelahiran Nabi dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan "ampyang" atau krupuk yang diarak keliling desa, sebelum menuju ke Masjid Wali At Taqwa di desa setempat.

Ratusan warga terlihat memadati jalan di sepanjang jalan rute kirab yang hendak menyaksikan rombongan kirab tradisi "ampyang" yang diikuti berbagai institusi dan lembaga pendidikan, musala, organisasi masyarakat dan kelompok usaha.

Masing-masing peserta, menampilkan sejumlah kesenian, seperti visualisasi tokoh-tokoh yang berjasa pada saat berdirinya Desa Loram Kulon serta visualisasi sejarah pendirian Masjid Wali At Taqwa.

Setelah sampai di Masjid Wali, tandu yang berisi nasi bungkus, ingkung serta hasil bumi yang sebelumnya diarak keliling desa didoakan oleh ulama setempat, kemudian dibagikan kepada warga setempat untuk mendapatkan berkah.

Ketua panitia tradisi "Ampyang" Maulid, Anis Aminudin mengatakan, tradisi "ampyang" maulid merupakan tradisi turun temurun yang tetap dilestarikan oleh warga sekitar.

Adapun jumlah peserta kirab, katanya, mencapai 40-an rombongan.

Selain kirab keliling, tradisi tersebut juga turut menampilkan "Loram Expo" dan pentas seni.

Produk-produk unggulan dari Desa Loram Kulon, seperti konveksi, kerajinan tangan dan suku cadang motor antik dan mesin disel.

Jumlah peserta pameran, katanya, cukup banyak.

Dengan adanya tradisi seperti ini, dia berharap, masyarakat dapat mengingat dan instropeksi diri serta berperilaku yang mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki Nabi Muhammad.

Selain itu, dia berharap, para pemuda juga ikut melestarikan budaya turun menurun tersebut.

"Mudah-mudahan, perekonomian masyarakat Desa Loram Kulon dan Desa Loram Wetan dapat ikut meningkat dengan diperkenalkannya kedua desa itu lewat tradisi `Ampyang Maulid`," ujarnya.

Sementara itu, Bupati Kudus Musthofa berharap, masyarakat sekitar tetap menjaga tradisi "ampyang" maulid ini agar tetap lestari.

"Nilai-nilai keluhuran tradisi ini jangan sampai luntur oleh perkembangan zaman," ujarnya.

Setiap tradisi lokal yang ada, katanya, harus dikembangkan menjadi potensi keunggulan masing-masing wilayah.

Untuk itu, kata dia, semua pihak dituntut untuk kerja keras guna mengangkat budaya lokal masing-masing daerah.

-

Arsip Blog

Recent Posts