Majene, Sulbar - Untuk menarik wisatawan berkunjung ke Sulawesi Barat, untuk kali kedua digelar Festival Sayyang Pattuddu atau kuda menari. Festival yang mengawinkan budaya lokal dengan tradisi Islam ini diharapkan bisa menjadi ikon pariwisata di Sulawesi Barat.
Sayyang Pattudu kini makin populer di Sulawesi Barat. Kombinasi keterampilan menari dari kuda-kuda terlatih dengan seni rebana dan seni tutur khas Mandar atau Pakalindagdag menjadikan festival makin menarik.
Bahkan, tidak ketinggalan seni bela diri silat khas Mandar juga mewarnai aneka tari yang ditampilkan.
Puluhan peserta festival menampilkan kebolehanya. Dari seni busana yang dikenakan penunggang kuda, seni rebana, hingga seni pantun. Semua menyatu dalam satu rangkaian.
Setiap grup yang tampil berusaha menunjukkan kreasi di semua lini, ya tari, busana, juga seni pantun. Itu semua hasil percampuran budaya tradisi lokal khas Mandar dengan seni Islami. Tidak heran festival ini selalu digelar bersamaan dengan perayaan Maulid Nabi.
Festival yang berawal dari tradisi lokal ini, diharapkan menjadi ikon baru sektor pariwisata di Sulawesi Barat. Antusiasme warga yang mengikuti festval dari tingkat desa hingga provinsi menjadikan festival ini selalu dipadati penonton.
Apalagi festival biasanya digelar sebulan penuh bersamaan dengan perayaan Maulid Nabi yang menjadi rujukan warga dan umat Muslim di Sulawesi Barat.
Pada festival kedua yang digelar di Majene ini, beberapa turis asing asal Jepang, Malaysia, dan Belanda ikut menikmati. Kekayaan nilai tradisi Mandar yang dikolaborasikan dengan nilai-nilai dan tradisi Islam melahirkan budaya baru, yang bukan saja menarik tapi juga kaya nilai.
Anda yang ingin melihat langsung festival ini tidak usah khawatir kehabisan momen. Karena selama bulan Maulid, festival ini digelar hampir setiap akhir pekan.
Sumber: http://news.liputan6.com