Pekanbaru, Riau - Masyarakat adat Talang Mamak di pedalaman Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau telah menghabiskan dana hingga ratusan juta rupiah untuk pelaksanaan tradisi pernikahan adat besar "Gawai Gedang".
"Kalau dikalkulasikan semuanya, biaya gawai gedang lebih dari Rp200 juta," kata Ketua Panitia Gawai Gedang, Gilung, di Desa Talang Perigi, Riau, Rabu.
Gawai Gedang merupakan upacara adat Talang Mamak dalam pernikahan, atau bisa dikatakan pesta besar. Pelaksanaanya berlangsung di Desa Talang Perigi selama tiga hari sejak 14 Januari lalu.
Gilung menjelaskan, mahalnya biaya pesta paling banyak untuk konsumsi. Sebab, ritual adat itu turut melibatkan ribuan warga Talang Mamak dari 20 batin atau tokoh adat di desa.
"Jumlah panitianya saja ada 100 orang dan mulai bekerja sejak dua minggu sebelum acara. Makanya, biaya konsumsi paling tinggi," katanya.
Namun, ia mengatakan seluruh biaya itu tidak dibebankan semuanya kepada si pengantin. Sebab, seluruh 20 batin yang ikut serta turut bergotong-royong untuk kelancaran acara.
Masing-masing Batin mengumpulkan sumbangan untuk biaya nikah dari warga Talang Mamak di daerahnya.
"Setiap batin ikut membantu ada yang dengan sumbangan uang, ada yang bawa beras dan ada juga menyumbang lewat tenaga," katanya.
Tokoh adat tertinggi Talang Mamak, Patih Majuan, mengatakan pelaksanaan Gawai Gadang sangat mahal karena hampir seluruh kebutuhan konsumsi harus dibeli.
"Kalau dulu bisa dengan mudah cari hewan di hutan dan beras di ladang, tapi sekarang hutan sudah tidak ada," katanya.
Kondisi tersebut, lanjutnya, jadi salah satu sebab Gawai Gadang makin ditinggalkan dan nyaris punah. Ia mengatakan pelaksanaan pesta nikah sebesar itu terakhir digelar di Desa Durian Cacar pada tahun 2003.
Ia mengaku senang Gawai Gadang bisa berjalan dengan lancar karena warga Talang Mamak mau bersatu bersama.
Ia berharap seluruh batin Talang Mamak terus bersatu untuk melestarikan budaya leluhur. "Kalau kita bersatu, semua masalah pasti ada jalan keluarnya," katanya.
Pelaksanaan Gawai Gadang menampilkan banyak tradisi kuno Talang Mamak yang sangat jarang ditemukan pada masa kini. Pesta nikah itu dibarengi dengan sunatan massal, sebab sesuai adat mereka setiap anak hanya boleh dikhitan saat ada pesta pernikahan.
Ritual adat berlangsung selama tiga hari dan dilakukan hingga sehari penuh. Prosesi adat "gantung pauh-pauh" dan tari piring, misalnya, dilakukan hingga dini hari pada Selasa lalu (15/1).
Pada prosesi itu seluruh warga berkumpul di rumah pengantin untuk mendengarkan petuah tentang cara hidup sesuai adat Talang Mamak.
Sedangkan, hari terakhir Gawai Gadang diawali dengan menyabung tiga ayam dalam satu arena. Sabung ayam berdasarkan tradisi Talang Mamak adalah untuk mencegah agar roh jahat tidak mengganggu proses ritual adat selama masa pelaksanaan.
Berakhirnya gawai gadang ditandai dengan penurunan "tiang gelanggang". Sebelumnya, tonggak kayu setinggi lima meter itu digunakan untuk mengarak kedua mempelai dan pengantin sunat pada upacara penyambutan tokoh adat.
Uniknya, kedua mempelai dan pengantin dalam prosesi itu dipanggul di atas bahu saat mengelilingi tiang gelanggang sebanyak tiga kali.
Sumber: http://oase.kompas.com
Foto: http://www.riaupos.co