Kekayaan seni tradisi di Indonesia termasuk di dalamnya seni musik, merupakan kekayaan luar biasa yang tak semua negara dan bangsa memilikinya. Keberagaman seni tradisi yang ada di Indonesia merupakan anugerah yang tumbuh dan berkembang dari daerah dan kepercayaan masyarakat yang juga sangat beragam. Masing-masing daerah di Indonesia yang memiliki sejarah panjang tentang peralihan kepercayaan dalam kehidupan sehari-harinya juga turut memperkaya seni tradisi, selain secara demografis perbedaan daerah satu dengan yang lainnya, yang melahirkan perbedaan adat dan kebiasaan, yang juga merupakan salah satu elemen penting dalam perkembangan seni tradisi, seperti gamelan Jegog misalnya.
Secara ringkas bahwa sejarah seni musik dan tradisi yang terdapat di suatu daerah akan memiliki hubungan dengan adat istiadat, selera masyarakat, kepercayaan dan letak wilayah geografinya. Hubungan tersebut mempengaruhi bentuk kesenian, seni musik, dan alat musik yang dimainkan. Salah satu contohnya adalah gamelan Jegog. Karena itulah satu kesenian yang tumbuh di satu daerah akan berbeda dengan daerah lain sekalipun kesenian tersebut menggunakan instrument atau alat musik yang sama. Keberagaman ini tentu saja akan menjadi kekayaan tak ternilai bagi bangsa dan negara Indonesia. Kekayaan berupa keberagaman seni tradisi itu akan benar-benar menjadi salah satu kekuatan apabila pemerintah secara arif dan bijaksana memelihara sekaligus mengembangkan masing-masing seni tradisi ini. Namun sebaliknya apabila tidak dipelihara dan dikembangkan, lambat laun seni tradisi yang beragam ini akan terlindas oleh seni modern yang tumbuh dan berkembang dari budaya kapitalis modern.
Tentu saja bila hal ini terjadi maka pada suatu hari nanti, generasi muda Indonesia selanjutnya akan semakin asing dan terasingkan dari seni tradisi. Bisa jadi misalnya mereka tak akan kenal lagi dengan yang namanya gamelan, apalagi memainkannya. Atau bisa jadi kesenian tradisi yang sebenarnya tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat tradisional Indonesia ini akan dicaplok negara lain, karena diketahui bahwa pemerintah dan masyarakatnya sendiri sudah tidak peduli dan enggan memelihara serta mengembangkan kesenian tersebut.
Tempat Asal Gamelan Jegog
Gamelan Jegog berasal dari daerah Jembrana, Bali, yang memiliki keadaan tanah yang tidak rata. Keadaan alamnya kering, berbeda dengan daerah lainnya di Bali yang berupa pegunungan landai yang ditunjang oleh pertanian. Di Jembrana banyak tumbuh pohon bambu dengan ukuran yang besar-besar. Kondisi alam seperti itulah yang mendorong seniman di sana untuk menciptakan alat musik dari bamboo, salah satunya adalah gamelan Jegog ini.
Kabupaten Jembrana terletak di Bali bagian barat. Di utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, di timur berbatasan dengan Kabupaten Tabanan, di selatan berbatasan dengan samudera Hindia dan di barat dengan Selat Bali. Di Bali terdapat kurang lebih 28 jenis alat musik atau perangkat gamelan yang memiliki bentuk dan gending dengan warna suara, fungsi instrumentasi, karakter dan repertaire gending yang berbeda-beda.
Jembrana terkenal dengan masyarakatnya yang menyukai perlombaan/ pertandingan, khususnya kesenian jegog, seperti mabarung (adu kendang), jegog mabarung (adu jegog), makepung (balapan kerbau), mabente (adu kaki), majengka (adu panco), dan mapentilan (adu nyentil jari).
Sifat masyarakat yang gemar melakukan pertandingan tersebut terlihat pada bentuk kesenian/alat musiknya, seperti gamelan Jegog yang dibuat dengan ukuran yang besar agar tidak kalah tersaingi dengan alat musik lainnya. Tentu saja dari kebiasaan ini pula melahirkan bentuk gamelan dan kesenian yang berbeda dibanding dengan tempat lain. Gamelan Jegog melahirkan melodi yang sangat khas, sehingga sekali dengar akan mudah membedakannya dengan gamelan Jawa atau gamelan Sunda.
Gamelan Jegog
Gamelan jegog adalah seperangkat gamelan yang dibuat dari bahan bambu dengan bentuk dan ukuran yang besar. Gamelan Jegog adalah gamelan yang masih terbilang baru, muncul pada awal abad XX Masehi. I Nyoman Rembang menyatakan bahwa perkembangan gamelan Bali dibedakan mejadi tiga kelompok, yaitu:
Kelompok gamelan tua, yaitu gamelan yang diperkirakan sudah berkembang dari sebelum abad X Masehi. Gamelan ini merupakan bagian dari peralatan ibadah masyarakat pada waktu itu. Sehingga gamelan ini berfungsi tidak saja sebagai alat bermain musik melainkan bagian dari tradisi ibadat sehingga dianggap sakral seperti gamelan sekaten di Jawa Tengah.
Kelompok gamelan madya, yaitu gamelan yang diperkirakan berkembang sesudah abad X Masehi.
Kelompok gamelan muda, yaitu gamelan yang diperkirakan berkembang sejak awal abad XX Masehi.
Kesenian Jegog
Dalam perkembangannya seni tradisi tidak bisa dipisahkan dari pengaruh asing atau pengaruh dari luar yang tidak semuanya bersifat negatif. Beberapa pengaruh dari luar itu ketika disikapi dengan bijaksana, bisa merupakan sumber inspirasi sehingga pada akhirnya bentuk kesenian itu menjadi lebih kaya warna. Tentu saja pengaruh itu diterima setelah terjadi perenungan dan berbagai pertimbangan semata-mata untuk perkembangan dan kemajuan kesenian itu sendiri. Pengaruh luar itu datang dari daerah lain baik pengaruh sosial, budaya, adat istiadat maupun dalam bentuk kesenian. Bisa juga pengaruh itu datang dari luar negeri yang secara tradisi, sosial, budaya memang sangat berbeda.
Kesenian Jegog misalnya dalam perkembangannya terlihat sekali telah mendapat pengaruh dari luar/asing. Hal ini dapat disaksikan dari kostum yang digunakan oleh para pemainnya, perempuan menggunakan celana pendek dan stoking, laki-laki menggunakan celana, jaket, dasi, kacamata hitam, dan sepatu bot. Kostum yangdigunakan oleh pemain perempuan dan laki-laki ini tampak sekali menyerap dari pengaruh Eropa atau Amerika. Pengaruh ini terjadi sebagai dampak dari pertemuan, persinggungan yang terus-menerus dari orang-orang asing terhadap kehidupan seniman dan masyarakat Jembrana secara khusus dan masyarakat Bali pada umumnya. Pengaruh dari cara berpakaian ini kemudian diadopsi sehingga pada akhirnya kesenian gamelan Jegog terlihat lebih modern atau setidak-tidaknya telah berani menerima perubahan.
Demikian pula pada sisi keseniannya, Gamelan Jegog dipengaruhi pula oleh Hadrah yaitu jenis kesenian musik dari komunitas Loloan. Lama-kelamaan kesenian Jegog dilengkapi dengan tari-tarian, dan sempat menjadi drama Jegog, yaitu drama tradisional yang diiringi oleh gamelan Jegog.
Setiap instrumen dalam gamelan Jegog memiliki fungsinya sendiri dalam menyajikan suatu materi gending. Gabungan dari fungsi setiap instrumen tersebut menghasilkan gending yang menjadi ciri khas gamelan Jegog.
Kesenian gamelan Jegog kemudian tumbuh dan berkembang sebagai kesenian yang multi kultur dengan tetap menitik beratkan gamelannya yang terbuat dari bambu, salah satu potensi dan kekayaan masyarakat Jimbrana. Gamelan Jegog yang lebih atraktif dengan kostum yang terlihat lebih simple inilah semakin mengesankan bahwa kesenian ini yang tidak kaku atau siap menerima pengaruh tidak saja dalam bentuk kostum tapi juga pada nyanyian dan melodinya sepanjang bisa dihasilkan oleh alat musik yang terbuat dari bambu. Hal ini pula yang menyebabkan gamelan Jegog kemudian lebih popular dan diterima masyarakat modern dibanding kesenian tradisi lainnya.
***
Sumber: anneahira.com | Foto: asal-usul-motivasi.blogspot.com