Jakarta - Cakupan geografis penduduk yang menuturkan bahasa-bahasa Austronesia termasuk luas dan menyebar di benua Asia dan Australia atau yang disebut Kepulauan Selatan. Hal ini mencerminkan bahwa bangsa-bangsa Kepulauan Selatan memiliki kesamaan sejarah penyebaran dalam bertutur
Demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam seminar internasional Migrasi Bahasa Austronesia di Hotel Mercure, Jakarta, Rabu kemarin (14/9).
Menurutnya, ilmu sejarah bahasa menunjukkan bahwa masih terdapat perbedaan pendapat tentang asal usul bangsa Austronesia. Sebagian menyebut berasal dari Taiwan karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli, sebagian ilmuwan menyebut berasal dari Nusantara.
"Namun fakta yang hingga saat ini kita terima adalah bahwa bahasa-bahasa tersebut telah berkembang sehingga menjadi berbagai cabang rumpun bahasa," ujar Muhadjir dalam keterangan kepada redaksi, Kamis (15/9).
Dia menjelaskan, saat ini, pembahasan mengenai bahasa-bahasa Austronesia sudah mulai langka. Karenanya, seminar yang digelar semacam, itu sangat strategis untuk memetakan bagaimana hubungan antar warga penutur bahasa Austronesia dari dulu hingga sekarang. Sekaligus juga untuk memprediksi perkembangannya di masa mendatang.
"Sebagai bagian dari Austronesia, Bahasa Indonesia termasuk bahasa yang berkembang sangat cepat. Kita patut bangga karena Bahasa Indonesia, termasuk bahasa Melayu, saat ini merupakan bahasa terbesar keempat yang dituturkan oleh penduduk dunia, yakni mencapai 260 juta penutur. Ini berarti, potensi Bahasa Indonesia sangat baik sebagai alat komunikasi dunia," bebernya.
Pemerintah berharap, di tengah gempuran budaya global saat ini, pengguna dan pecinta Bahasa Indonesia semakin meluas dan semakin baik lagi di masa mendatang. Bagaimanapun, bahasa merupakan cerminan budaya, oleh karena itu dengan meluasnya penggunaan Bahasa Indonesia diharapkan kecintaan warga dunia kepada budaya asli Indonesia juga semakin baik, apalagi bagi bagi warga Indonesia sendiri.
Untuk itu, lanjut Muhadjir, pihaknya memiliki perhatian serius dalam pengembangan Bahasa Indonesia saat ini. Termasuk mengenalkannya kepada warga negara asing agar tidak hanya mengenal Indonesia tetapi juga menjadi duta wisata dan budaya Indonesia di dunia internasional.
"Misalnya melalui program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA), penyususunan dan pengembangan kosa kata baru dalam kamus Bahasa Indonesia, serta berbagai program diplomasi budaya," imbuhnya.
Sumber: http://dunia.rmol.co