Malang, Jatim - Seolah tak ingin meninggalkan budaya, warga Dusun Sumberejo, Desa Kalisongo, Kecamata Dau, Kabupaten Malang, kembali menggelar agenda tahunan. Yakni Festival Kampung Cempluk ke-7. Kegiatan ini diadakan selama lima hari, mulai Selasa (20/9/2016) hingga Sabtu (24/9/2016). Bermacam-macam kegiatan yang mengangkat tradisi budaya turut meramaikan festival ini.
Festival Kampung Cempluk ke-7 dibuka dengan pawai budaya. Pawai budaya ini wajib diikuti oleh perwakilan setiap RT dan RW. Ada sekitar 14 RT dan 2 RW yang mengikuti pawai budaya. Mereka masing-masing memamerkan kepawaiannya dalam berbusana dan menari. Ada yang memakai budaya adat Bali, pakaian kerja PNS seperti polisi dan dokter, memakai topeng malangan, bahkan ada yang memakai konsep arak-arakan putri dan raja. Mulai dari anak kecil, remaja, orang tua, hingga paruh baya ikut memeriahkan kegiatan ini.
Ketua Panitia Festival Kampung Cempluk, Nicko Nurdiansyah mengatakan, kegiatan ini bisa dilaksanakan setiap tahun berkali-kali. Tujuannya ialah untuk terus mempertahankan budaya dan menjadikan benteng dari arus globalisasi. Dengan diadakannnya festival budaya semacam ini, juga secara otomatis membangun identitas Kampung Cempluk itu sendiri tanpa mengubah yang asli.
“Tiap tahun memang beda konsep dan tema. Tapi tetap dalam lingkup budaya. Kali ini, anak-anak muda yang menghandle kegiatan. Kami ingin anak-anak muda ini berkreasi dengan kreatifitas. Bedanya, kali ini akan mengulas sejarah tentang Kampung Cempluk yang sempat terlupakan. Juga ada prosesi pemotongan ayam,” tuturnya.
Ia menyatakan, kegiatan ini juga diikuti oleh beberapa peserta dari luar daerah, seperti Kalimantan Timur, Jawa Barat, Banyuwangi, Tulungagung. Hal ini karena jaringan dari festival nusantara. Di sepanjang jalan, juga ada stand milik warga Kampung Cempluk yang menjajahkan makanan serta mainan zaman dulu.
Beberapa kegiatan ini seperti Pentas Kampung Cempluk, Cempluk Bersastra, Wahana Budaya, Zona Foto, serta ada Permainan Tradisional yang bisa diikuti oleh semua kalangan sekaligus sebagai ajang mempertahankan dolanan tradisional.