Sastra, Media Pererat Persaudaraan Indonesia-Malaysia

Pembacaan puisi oleh para sastrawan menjadi puncak acara pembukaan Seminar Internasional 'Sastra Antar Bangsa, Indonesia-Malaysia 2016' di Hall Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM, Rabu (14/9/2016) malam.

Para sastrawan itu Risma Purwita dari NTT, Tara Noesantara dari Yogyakarta, Thomas Haryanto Soekiran dari Purworejo, Sutarjo dari Papua Barat serta Sherly Idris dari Malaysia. Mereka adalah para peserta seminar. Tak ketinggalan menyumbangkan puisinya Slamet Widodo dan Tetet Srie WD yang membawakan puisi berjudul 'Pembayun'. Para hadirin di PKKH UGM malam itupun terpukau menikmati puisi-puisi tersebut.

Seminar internasional sastra yang akan berlangsung hingga Minggu (18/9/2016) dibuka secara resmi oleh Gubernur DIY. Seminar sendiri akan dimulai Kamis (15/9/2016) di University Club UGM dan akan ditutup di Kantor Gubernur DIY (Kepatihan).

Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengungkapkan rasa syukur atas terselenggaranya seminar internasional sastra ini. Menurutnya, sastra Indonesia dan Malaysia mempunyai induk yang sama yakni Melayu Klasik. Sastra Melayu bisa menjadi titik pijak baru bagi kedua negara tersebut untuk lebih memperkuat hubungan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai Melayu Raya. "Sastra menjadi media efektif mempererat persaudaraan Indonesia dan Malaysia," terang Sultan.

Selain itu, masyarakat sastra Indonesia dan Malaysia sama-sama berakar dari nilai dan tradisi budaya nusantara. Keduanya memiliki sastra yang hampir sama seperti gurindam duabelas, syair, pantun, seloka dan lain-lain. Sebagai negara serumpun, masyarakat Indonesia dan Malaysia juga memiliki semangat gotong-royong dan tolong-menolong yang telah berkembang sejak dahulu sebelum kedua negara tersebut merdeka. "Jadi kalau ada persamaan seni budaya janganlah dipertentangkan," pesan Sultan.

Acara pembukaan seminar dihadiri Presiden Nusantara Melayu Raya (Numera) Malaysia Datuk Dr Ahmad Kamal Abdullah, Walikota Banjarmasin Ibnu Sina, Kepala Balai Bahasa Yogyakarta Tirto Suwondo. Ketiganya memberikan kenang-kenangan kepada Sultan berupa buku puisi dan cerpen serta cenderamata. (Dev)

-

Arsip Blog

Recent Posts