Pekanbaru, Riau - Seperti tahun-tahun sebelumnya Masyarakat Pekanbaru, mempunyai tradisi yang cukup unik dalam menyambut berakhirnya bulan Ramadhan. Tradisi itu yakni menggelar Festival Lampu colok, berupa membuat berbagai konfigurasi dengan mempergunakan lampu minyak tanah (colok). Tradisi tersebut didukung penuh oleh Pemerintahan Kota (Pemko) Pekanbaru, bahkan telah dijadikan sebuah kebudayaan Melayu yang dilestarikan.
Festival lampu colok untuk tahun ini diperkirakan akan lebih meriah lagi, sebab jika pada tahun-tahun yang lalu Pemko hanya melibatkan ratusan masyarakat untuk meriahkan festival, untuk sekarang Pemko sudah menargetkan sebanyak 1000 orang dari masyarakat umum. Hal itu ditegaskan oleh walikota dengan menghimbau, seluruh camat agar aktif menyebarkan undangan kesetiap RT/RW, untuk dibagikan kemasyarakat umum. Masyarakat dihimbau untuk menggunakan pakaian Melayu, saat menghadiri malam festival, sedangkan untuk malam festival akan digelar pada malam-malam lailatul qodar.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata, Dastrayani Bibra. Kamis (2/9/10) mengatakan, “Festival berlangsung selama tiga hari, dimulai pada malam 21 Ramadhan sampai malam 29 atau 5 sampai 7 September. Pada tiga malam itu akan ada tim yang langsung turun menilai seluruh colok dan Penilaian akan dilakukan serentak pada 27 Ramadan, untuk merebutkan hadiah, pertama Rp 4 juta, pemenang kedua Rp 3 juta dan pemenang ketiga Rp 2 juta. Penilaian bedasarkan beberapa kreteria seperti, bangunan atau gapura colok, arsitektur yang bernuansa Islami, jumlah lampu dan kreativitas seninya,“ jelas Dastrayani.
Dalam festival ini masing-masing perwakilan dari 12 kecamatan akan menampilkan lampu colok dalam bentuk bermacam-macam. Untuk keperluan tersebut Pemko membantu setiap kecamatan berupa uang sebesar Rp2,5 juta dan minyak tanah 200 liter. Festival akan dimulai pukul 22.00 WIB, yang dipusatkan di Kecamatan Tenayan Raya, serta dibuka langsung oleh Walikota Pekanbaru Herman Abdullah.(yunk)
Sumber: http://www.riauterkini.com
