Menghidupkan Wayang Orang sebagai Budaya Nasional

Jakarta - Budaya nasional seperti wayang orang sudah jarang dipertunjukkan sekarang. Generasi muda kini lebih suka dengan hiburan dari luar negeri.

Itu merupakan kenyataan yang tak terbantahkan lagi. Untung saja, masih ada sekelompok orang yang peduli dengan wayang. Dari keresahan di atas, Karaton Surakarta Hadiningrat bersama Paguyuban Kusuma Handrawina mengadakan pagelaran wayang orang pada 27-28 Mei 2013 di Jakarta.

Acara tersebut pun didukung berbagai pihak seperti Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Bank Mandiri, BRI, Garuda Indonesia, Jamsostek, dan Bukopin.

"Para sponsor masih menganggap penting budaya nasional seperti wayang orang. Tinggal cara kita untuk dapat mengemasnya dengan lebih menarik," kata Hari Sulistyono Sosronegoro, Ketua Paguyuban Kusuma Handrawina.

Memang kendala terberat ialah memperbarui budaya sepuh agar digemari anak muda. Karenanya, wayang orang yang biasa dimainkan di keraton selama empat jam dipangkas menjadi dua jam.

"Itu agar masyarakat sekarang tidak merasa capai menyaksikan wayang orang selepas pulang kerja. Lalu kami menampilkan anak muda di bawah umur 25 tahun dalam pagelaran wayang ini," tuturnya.

Hari menilai budaya sebagai salah satu bentuk pertahanan negara di samping sosial-politik dan ekonomi. Ia berharap nanti budaya nasional bisa ke luar negeri, tidak hanya budaya luar yang masuk ke Indonesia.

Ketua Umum Panitia Pagelaran Wayang Orang Karaton Surakarta Hadiningrat Edie Toet Hendratno menambahkan bahwa kita tidak boleh melupakan budaya sendiri.

"Dengan teknologi informasi yang maju pesat, ada ancaman budaya asing yang belum tentu cocok dengan budaya kita. Apa kita ikhlas budaya yang sudah ratusan tahun lalu ada di negeri kita menjadi hilang?" kata Edie.

Menurut Rektor Universitas Pancasila itu, filosofi wayang mengandung pelajaran yang luar biasa. Contohnya, yang benar pasti menang dan yang salah pasti kalah.

-

Arsip Blog

Recent Posts